Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita menerima gelaran solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah SWT.

Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat iaitu :
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
2. Taat kepada suami

Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut :

1. Taat kepada Allah dan RasulNya

Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah s.w.t. ?
- Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya.
- Wajib menutup aurat
- Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah
- Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada mahram bersamanya
- Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa
- Berbuat baik kepada ibu & bapa
- Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
- Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
- Bersikap baik terhadap tetangga

2. Taat kepada suami

- Memelihara kewajipan terhadap suami
- Sentiasa menyenangkan suami
- Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah
- Tidak bermasam muka di hadapan suami
- Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
- Tidak keluar tanpa izin suami
- Tidak meninggikan suara melebihi suara suami
- Tidak membantah suaminya dalam kebenaran
- Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya
- Sentiasa memelihara diri, kebersihan & kecantikannya serta rumah tangga

FAKTOR YANG MERENDAHKAN MARTABAT WANITA

Sebenarnya puncak rendahnya martabat wanita adalah dari faktor dalaman. Bukanlah faktor luaran atau yang berbentuk material sebagaimana yang digembar-gemburkan oleh para pejuang hak-hak palsu wanita.

Faktor-faktor tersebut ialah:

1) Lupa mengingat Allah

Kerana terlalu sibuk dengan tugas dan kegiatan luar atau memelihara anak-anak, maka tidak hairanlah jika banyak wanita yang tidak menyedari bahawa dirinya telah lalai dari mengingat Allah. Dan saat kelalaian ini pada hakikatnya merupakan saat yang paling berbahaya bagi diri mereka, di mana syaitan akan mengarahkan hawa nafsu agar memainkan peranannya.

Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-Jathiah, ayat 23: ertinya:

” Maka sudahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya. Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya.”

Sabda Rasulullah s.a.w.: ertinya:
“Tidak sempurna iman seseorang dari kamu, sehingga dia merasa cenderung kepada apa yang telah aku sampaikan.” (Riwayat Tarmizi)

Mengingati Allah s.w.t. bukan saja dengan berzikir, tetapi termasuklah menghadiri majlis-majlis ilmu.

2) Mudah tertipu dengan keindahan dunia.

Keindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak wanita ke perangkapnya. Bukan itu saja, malahan syaitan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik kaum lelaki agar sama-sama bergelumang dengan dosa dan noda. Tidak sedikit yang sanggup durhaka kepada Allah s.w.t. hanya kerana kenikmatan dunia yang terlalu sedikit.

Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-An’am: ertinya:

” Dan tidaklah penghidupan dunia ini melainkan permainan dan kelalaian dan sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, oleh kerana itu tidakkah kamu berfikir.”

3) Mudah terpedaya dengan syahwat.

4) Lemah iman.

5) Bersikap suka menunjuk-nunjuk.


Dunia adalah perhiasan, perhiasan dunia yang terbaik adalah Wanita yang solehah.

Tangan kita, yang dapat digunakan untuk melakukan
kegiatan sehari-hari seperti mengaduk secangkir teh, membuka halaman
surat kabar, atau menulis, telah dirancang sedemikian sempurna.
Ciri
terpenting tangan adalah kemamuannya bekerja sebaik-baiknya dalam
beragam kegiatan. Dengan dilengkapi otot dan saraf yang sangat banyak,
lengan membantu tangan kita memegang benda dengan erat atau longgar
sesuai dengan keadaannya. Misalnya, tangan manusia yang terkepal dapat
memukul dengan pukulan seberat 45 kg. Sebaliknya, melalui ibu jari dan
jari telunjuk, tangan kita juga dapat merasakan sehelai kertas
berketebalan sepersepuluh milimeter.

Jelas,
kedua tindakan ini sangat berbeda sifatnya. Yang satu memerlukan
kepekaan, sedang yang lain memerlukan kekuatan besar. Namun, kita tak
perlu sedetik pun memikirkan apa yang perlu kita lakukan saat kita akan
mengambil sehelai kertas dengan kedua jari atau memukul dengan kepalan.
Kita pun tak perlu memikirkan cara menyesuaikan kekuatan tangan kita
bagi kedua tindakan ini. Kita tak pernah berkata, "Sekarang saya hendak
memungut sehelai kertas. Saya akan menerapkan kekuatan sebesar 500 g.
Sekarang saya akan mengangkat seember air. Saya akan menerapkan
kekuatan sebesar 40 kg." Kita tidak pernah repot-repot memikirkannya.


Alasannya adalah tangan manusia dirancang untuk
melakukan semua tindakan ini secara bersamaan. Tangan diciptakan
sekaligus dengan keseluruhan fungsi dan keseluruhan rancangan
terkaitnya.
Semua
jari tangan memiliki panjang, letak, dan kesesuaian yang pas satu sama
lain. Contohnya, kekuatan kepalan yang dibentuk tangan dengan ibu jari
normal itu lebih besar daripada kekuatan kepalan yang dibentuk tangan
dengan ibu jari pendek. Ini karena, dengan panjang yang sesuai, ibu
jari dapat menutupi jari-jari lainnya dan membantu menambah kekuatan
dengan mendukung jari-jari yang lain

Ada
banyak seluk-beluk terperinci pada rancangan tangan: misalnya, tangan
memiliki bagian-bagian pembentuk yang lebih kecil di samping otot dan
saraf. Kuku pada ujung jari bukanlah hiasan sepele yang tidak memiliki
kegunaan. Ketika memungut jarum dari lantai, kita menggunakan kuku
maupun jari. Permukaan kasar pada ujung jari dan kuku membantu kita
memungut benda kecil. Kuku memiliki peranan sangat penting dalam
mengatur tekanan amat lemah yang dikerahkan jari pada benda yang
dipegangnya. Keistimewaan khusus tangan lainnya adalah tangan tidak
pernah kelelahan.
Dunia kedokteran dan ilmu pengetahuan bersusah-payah
berusaha membuat tangan tiruan. Sejauh ini, tangan-tangan robot yang
dihasilkan memiliki kekuatan yang sama dengan tangan manusia, tetapi
tidak memiliki kepekaan sentuhan, kesempurnaan daya gerak, dan
kemampuan melakukan beragam pekerjaan.
Banyak
pakar setuju kita tidak bisa membuat tangan robot yang memiliki fungsi
tangan lengkap. Insinyur Hans J. Schneebeli yang merancang tangan
robot, yang dikenal sebagai "Tangan Karlsruhe", menyatakan bahwa
semakin lama dia membuat tangan robot, semakin dia mengagumi tangan
manusia. Dia menambahkan bahwa masih perlu waktu lama sampai kita dapat
membuat tangan robot yang mampu melakukan sejumlah kecil saja pekerjaan
yang dapat dilakukan tangan manusia.

Biasanya,
tangan manusia bekerja bersama-sama dengan mata. Sinyal yang sampai ke
mata diteruskan ke otak dan tangan bergerak menurut perintah yang
diberikan otak. Tentu saja, ini berlangsung dalam waktu sangat singkat
dan tidak diperlukan usaha khusus untuk melakukannya. Di lain pihak,
tangan robot tidak dapat bergantung pada penglihatan dan sentuhan.
Untuk setiap gerakan diperlukan perintah yang berbeda-beda. Selain itu,
tangan robot tidak mampu melakukan bermacam fungsi. Contohnya, tangan
robot untuk bermain piano tidak dapat memegang palu, dan tangan robot
untuk memegang palu tidak dapat memegang telur tanpa memecahkannya.
Beberapa tangan robot yang terakhir dibuat hanya mampu melakukan 2-3
gerakan bersamaan, tetapi ini masih sangat sederhana jika dibandingkan
dengan kemampuan tangan manusia. Ketika Anda memikirkan kedua tangan
yang bekerjasama secara selaras, kesempurnaan tangan ini akan lebih
gamblang lagi.

Allah merancang tangan
sebagai alat tubuh khusus bagi manusia. Dengan segala bagiannya, tangan
manusia memperlihatkan kesempurnaan dan keunikan mahakarya ciptaan
Allah.


Oleh : Hazrat Inayat Khan


Cinta tak pernah tergoda oleh harta dan derajat. Shirin, puteri seorang miskin tetapi kaya akan idealisme, diculik dan dibawa kepada Raja Faras, yang seketika tergila-gila kepadanya, dan memberi hadiah besar kepada orang yang membawanya. Namun raja itu sangat kecewa karena Shirin tidak menanggapi cintanya; idealisme gadis itu terlalu tinggi untuk dapat dibujuk dengan kekayaan dan kebesaran Raja. Raja melakukan semua hal untuk menyenangkannya dan agar mau menikah dengannya, tetapi setiap upaya berakibat sebaliknya.
Ketika Shirin melihat bahwa tak ada harapan untuk lepas dari istana yang baginya hanyalah sebuah sangkar, dan kenekadan raja dan pembantu-pembantunya telah sangat menipiskan kesabarannya, ia terpaksa menerima tawaran mereka, tetapi dengan satu syarat, yaitu sebuah kanal harus dibuat sebagai monumen memorial atas peristiwa itu. Tentu saja ini merupakan siasat untuk membatalkan pernikahan, karena pembuatan kanal itu memerlukan waktu bertahun-tahun.

Raja begitu tergila-gila oleh kecantikannya hingga ia lalai dalam menangkap isyarat halus itu, dan seketika memberi perintah kepada para arsitek dan insinyur untuk mulai bekerja secepatnya, dan menyelesaikannya sesegera mungkin, tidak peduli berapa biaya dan tenaga yang diperlukan. Ribuan pekerja segera terlibat dalam proyek itu, dan pekerjaan berlangsung siang-malam tanpa henti, di bawah pengawasan langsung raja itu sendiri dan pelayan-pelayannya.

Makin dekat ke penyelesaian pekerjaan, makin besar harapan sang raja, dan dengan gembira ia minta kepada Shirin untuk pergi melihat kanal itu. Dengan hati sedih, Shirin pergi ke kanal, khawatir kalau-kalau pekerjaan itu segera selesai dan ia harus menyerah kepada kehendak Raja, suatu hal yang dinilainya lebih buruk daripada kematian. Ketika berjalan melihat proses pekerjaan di mana ribuan orang bekerja siang dan malam, ia sangat terkejut melihat seorang pekerja dating kepadanya; karena terpesona oleh kecantikannya, tanpa takut ia berseru, "Hai Shirin, aku cinta padamu." "Cinta mengabaikan perbedaan derajat antara pecinta dan kekasihnya, dan mengabaikan ketinggian yang harus didaki seorang pecinta." Suara cinta dan perkataan kebaktian seperti itulah yang dicari-cari oleh Shirin, dan belum dijumpainya sebelumnya. Shirin menjawab, "Kalau engkau mencintaiku, pecahlah gunung ini dan buatlah terowongan menembus gunung ini. Emas perlu diuji sebelum diterima." Farhad langsung berkata, "Dengan senang hati akan kulakukan, Shirin, apapun yang engkau kehendaki. Tak ada sesuatu yang terlalu berat bagi seorang pecinta untuk melakukan sesuatu demi kekasihnya." Farhad berjalan dengan sepenuh hati, tanpa bertanya mengapa ia harus membuat terowongan, tidak berpikir seberapa banyakpekerjaan yang harus dilakukan. Ia tidak berpikir berapa lama akan selesai, tidak pula berpikir bahwa pekerjaannya akan sia-sia. Ia pergi ke gunung dan mulai memecah batu dengan kampaknya. Ia menyebut-nyebut nama Shirin setiap kali ia mengayunkan kampaknya. Setiap ayunan tangan Farhad mengukir sebuah mukjizat. Setiap ayunan, hasilnya seperti hasil kerja seratus ayunan kampak. "Daya manusia adalah kekuatan tubuhnya, tetapi daya cinta adalah keperkasaan Allah.": Tak perlu waktu lama bagi Farhad untuk menyelesaikan
pekerjaannya, pekerjaan yang normalnya memerlukan waktu bertahun-tahun dan ribuan pekerja, diselesaikannya dalam beberapa hari seorang diri.

Shirin menolak Raja sejak ia melihat Farhad, dan berkata, "Ada pecinta lain yang sedang menjalani ujian, dan sebelum aku tahu hasil ujian itu, sebaiknya kita tidak menikah dulu." Mata-mata Raja mengawasi Farhad dari kejauhan, dan mereka segera mengirim berita bahwa Farhad telah menyelesaikan pekerjaannya sebelum kanal selesai dibuat. Raja begitu gusar, berpikir bahwa Farhad mungkin akan mendapatkan cinta Shirin, dan dengan demikian Shirin bukan menjadi miliknya lagi. Setelah berunding, seorang penasihatnya berkata, "Yang Mulia, anda adalah raja, dan Farhad hanya seorang pekerja. Mana bisa langit dibandingkan dengan bumi? Aku akan pergi ke sana, dan bila Yang Mulia menghendaki, aku akan mengakhiri Fathad dalam sekejap." "Oh, jangan. Shirin akan melihat noda darah padaku, dan ini akan membuatnya menjauhiku selamanya." Seorang pembantu raja berkata, "Itu tidak sulit bagiku, Yang Mulia, mengakhiri hidup Farhad tak perlu dengan meneteskan darah." "Baiklah, kalau begitu," kata Raja.

Pelayan raja itu pergi kepada Farhad, yang hampir menyelesaikan pekerjaannya dengan bayangan Shirin yang memberi harapan. "Kebahagiaan seorang pecinta terletak di dalam kebahagiaan kekasihnya." Pelayan raja berkata, "Hai Farhad, sayang, semuanya sia-sia! Hai pesaing bulan, kekasihmu Shirin telah meninggal secara tiba-tiba." Farhad berkata dalam kepanikan, "Apa? Shirinku meninggal?" "Ya," kata pelayan itu, "Hai Farhad, sayang sekali Shirin telah tiada." Farhad mengeluh dalam, dan jatuh ke tanah. "Shirin..." itulah perkataannya yang terakhir, dan ia berlalu dari kehidupan ini.

Shirin mendengar dari orang-orang yang bersimpati kepadanya bahwa Farhad telah melakukan keajaiban dengan membuat terowongan dalam gunung sambil menyebut 'Shirin' dalam setiap ayunan kampaknya, dan telah menyelesaikan pekerjaan yang normalnya perlu waktu yang sangat lama, dalam waktu singkat. Shirin, yang hatinya telah tertambat pada Farhad, dan yang melalui jiwanya cinta Farhad terkoyak, tak memiliki lagi sisa kesabaran barang sedetik, maka ia berangkat ke gunung pada kesempatan pertama. "Dua daya yang lebih tinggi memisahkan dua hati yang bersatu." Shirin, yang bernasib baik dapat memiliki pecinta seperti Farhad, tak bernasib cukup baik untuk dapat melihatnya kembali.
Ketika Shirin menemukan jasad Farhad tergeletak di dekat karya mengagumkan yang baru saja diselesaikan baginya, ia merasa sangat tertekan dan kecewa. Mata-mata Raja datang mendekat untuk meyakinkan Shirin bahwa Farhad telah mati, berharap bahwa karena kini Farhad telah tiada, Shirin akan berketetapan hati pada Raja. Mereka berkata, "Farhad yang malang. Sayang, ia telah mati." Shirin mendengar dari tiupan angin, dari aliran air, dari batu-batu, dari pohon-pohon, suara Farhad memanggil, "Shirin, Shirin." Seluruh suasana di tempat itu menarik jiwa Shirin dengan magnetisme cinta yang diciptakan Farhad di sekelilingnya. Ia jatuh ke tanah, terpukul dan merasa sangat kehilangan hingga hatinya tak tahan lagi, berseru, "Farhad, aku datang untuk bisa bersamamu." Takdir seorang pecinta adalah kekecewaan besar di mata dunia, tetapi ia merupakan kepuasan tertinggi di mata orang-orang bijak.

Orang-orang yang bersifat menyerasikan, mencintai satu sama lain. Mungkin sifat-sifat tubuh-lah yang menyerasikan kualitas mental, kualitas jiwa. Daya tarik fisik hanya berumur pendek, daya tarik emosional berumur agak lama, dan daya tarik spiritual bertahan selamanya.

Cinta yang hanya sedikit diucapkan dapat menyalakan hati lain, cinta yang lebih banyak diucapkan akan menghantuinya, tetapi bila terlalu banyak diucapkan akan menjauhkan obyek cinta.

Hubungan menghasilkan teman, meskipun tak ada hubungan atau persahabatan duniawi yang abadi. Dengan berkumpul, duduk bersama, makan bersama, menghirup udara yang sama, hati akan mendekat. Dua batubara yang menyala, bila didekatkan akan membuat satu api. Api itu menyatukan keduanya. Bila dua tangan bergandengan, suatu arus listrik mengalir dari satu tangan ke tangan yang lain. Inilah alasan orang berjabat tangan, agar api kedua orang bertemu. Karena itu orang berkecenderungan untuk bertepuk tangan, melipat tangan dan menyilangkan kaki ketika duduk atau berbaring, karena memberi mereka kenyamanan. Inilah yang menyebabkan adanya kemiripan yang ada pada orang-orang dalam satu bangsa atau suatu ras.

Cinta cenderung menghasilkan kualitas, bahkan kemiripan, antara pecinta dan yang dicintai. Seringkali kita melihat sahabat, suami-isteri, sepasang kekasih, mursyid dan murid, pada saatnya menjadi mirip. Potret berbagai Syekh pada aliran Chistiyah semuanya seolah-olah mereka itu dibuat dalam cetakan yang sama. Seseorang yang pergi jauh dari negerinya dan hidup lama di negeri lain, menjadi akrab dengan negara itu, menyukainya, dan kadang-kadang tak ingin pulang ke negerinya sendiri, disebabkan oleh cinta yang terbentuk oleh pergaulan.

Pertemuan itu menyulut cinta, dan perpisahan membuyarkan cinta. Makin jauh obyek cinta dari jangkauan pecintanya, makin lebar bentangan yang ada bagi perluasan cinta. Karena itu cinta terhadap obyek yang tak dapat diperoleh memiliki kemungkinan untuk berkembang, sedangkan bila obyek cinta berada dalam jangkauan hal ini sering membatasi cinta. Bila perpisahan berlangsung pendek, cinta akan bertambah, tetapi bila terlalu lama, cinta itu mati. Bila pertemuan hanya sebentar, cinta akan tersulut, tetapi sulit untuk mempertahankan apinya. Bila pertemuan berlangsung lama, cinta tak banyak terpengaruh, tetapi berakar hingga tumbuh, berkembang dan berlangsung lama. Dalam ketidakhadiran kekasih, harapan merupakan minyak yang membuat api
cinta menyala. Pertemuan dan perpisahan pada gilirannya akan membuat api cinta menggelora. Terlalu lama bertemu akan mengecilkan api cinta, dan terlalu lama berpisah akan mematikan api karena kehabisan minyak.

Kita mungkin tinggal setahun di sebuah kota, dan mungkin kita mengenal dan menyukai orangorang di sana, dan mereka pun sangat menyukai kita, hingga cinta bertambah dan kita berpikir, "Andai kita dapat terus tinggal di sana!" Ketika kita pergi, selalu terasa berat untuk berpisah dari mereka. Kemudian kita pergi, kawan-kawan kita menulis surat dan kita menjawabnya, mula-mula tiap hari, kemudian tiap minggu, kemudian tiap bulan, dan frekuensinya terus berkurang hingga hanya tiap Hari Raya saja, karena kita tumbuh terpisah dan hanya sedikit urusan dengan mereka dan lebih banyak berurusan dengan orang-orang yang kini berada di sekeliling kita. Bila kita kembali ke tempat yang sama setelah lima atau enam tahun, mula-mula kita merasakan bahwa iklimnya asing bagi kita, jalan-jalan dan rumah-rumah tampak asing, dan tak ada lagi kehangatan yang dulu ada. Bila kita bodoh, kita akan menyalahkan kawan-kawan. Bila kita tahu, kita pun akan menyalahkan diri sendiri. Kebersamaan-lah yang meningkatkan cinta dan perpisahan-lah yang mengikis cinta, demikian pula dengan keterikatan kita pada tempat-tempat.


Oleh :Oleh Hazrat Inayat Khan


Dalam perjalanan menuju manifestasi, jiwa melewati empat keadaan, 'Ilm, 'Ishq, Wujud, Shuhud. 'Ilm adalah keadaan awal dari kesadaran, kecerdasan murni. 'Ishq adalah cinta, tahap kecerdasan berikutnya menuju manifestasi; karena itu kecerdasan dan cinta sama unsurnya. Benda-benda seperti batu dan tumbuh-tumbuhan, tak memiliki kecerdasan, sehingga tak memiliki cinta, kecuali suatu persepsi kecil tentang cinta yang ada di dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan. Tetapi di antara hewan dan burung-burung, kecerdasan berkembang, sehingga cinta di dalam diri mereka dapatmenunjukkan diri. Wujud adalah dunia obyektif, yang diciptakan untuk dicintai, karena cinta tak dapat diwujudkan bila tak ada sesuatu yang dicintai. Shuhud adalah realisasi pengalaman cinta dalam aspek apapun.
Kata cinta, dalam bahasa Inggris 'love', dalam bahasa Sanskrit 'Lobh', berarti keinginan, hasrat. Cinta adalah hasrat untuk menyadari sesuatu yang dicintai. Karena itu, Shuhud, realisasi cinta, merupakan satu-satunya tujuan setiap jiwa. Cinta, dalam berbagai aspeknya, dikenal pula dengan sebutan: kehendak, keinginan, hasrat, kebaikan, suka, dan lain-lain. Di dalam cinta terdapat segala pengetahuan. Cinta manusia dan ketertarikannya kepada sesuatu, pada saatnya akan membuat sesuatu itu mengungkapkan rahasianya, sehingga manusia dapat mengetahui bagaimana cara mengembangkan, mengendalikan, dan memanfaatkannya. Tak seorang pun dapat mengetahui seseorang, sebesar apapun keinginannya untuk tahu, kecuali dengan cinta, karena tanpa cinta, mata ruhani buta; hanya mata luar yang terbuka, dan mata luar hanyalah semacam kaca mata bagi mata ruhani. Bila pandangan tidak tajam, apa manfaat kaca mata? Karena itulah kita mengagumi semua yang kita cintai, dan kita buta terhadap kebaikan orang yang tidak kita cintai. Bukan karena mereka berhak kita abaikan, tetapi tanpa cinta, mata kita tak dapat melihat kebaikan mereka. Seseorang atau sesuatu yang kita cintai mungkin mempunyai keburukan pula, tetapi karena cinta melihat keindahan, kita hanya melihat kebaikan itu. Kecerdasan sendiri dalam langkah selanjutnya menuju manifestasi adalah cinta. Ketika cahaya cinta telah dinyalakan, hati menjadi transparan, hingga kecerdasan jiwa dapat melihat melaluinya.

Namun sebelum hati dinyalakan dengan api cinta, kecerdasan, yang senantiasa berupaya untuk mengalami hidup di permukaan, meraba-raba dalam kegelapan. Seluruh alam semesta diciptakan untuk cinta. Manusia adalah yang paling mampu melakukannya. Bila kita memiliki batu di dalam rumah dan kita sangat menyukainya, batu itu tidak akan menyadari cinta kita sejauh yang disadari oleh tumbuh-tumbuhan. Bila kita memiliki sebuah tanaman dan kita memeliharanya dengan rasa sayang, ia akan bereaksi dan akan tumbuh. Hewan dapat merasakan kasih sayang. Bila kita memelihara hewan di rumah, mereka akan lebih banyak merasakan cinta dan perhatian! Hewan piaraan pada waktunya akan menjadi pengasih seperti anggota keluarga. Anjing Nabi Yusuf telah memberi makan kepada tuannya ketika beliau berada di dalam sumur sampai beliau ditemukan oleh orang yang berjalan melalui tempat itu. Dikisahkan, kuda seorang Arab yang tewas di medan perang tetap menungguinya selama tiga hari, menjaga mayatnya dari burung pemakan bangkai, sampai ia ditemukan kawannya. Tetapi manusia, yang memiliki kecerdasan terbanyak, memiliki cinta terbanyak secara alamiah.

Semua ini menunjukkan bahwa ciptaan telah berevolusi dari mineral ke tumbuh-tumbuhan, dari tumbuh-tumbuhan menjadi kehidupan hewan, dan dari hewan ke manusia, berupa perkembangan cinta secara bertahap. Para Sufi berkata bahwa alasan penciptaan adalah karena Yang Mahasempurna ingin mengetahui diri-Nya, dan melakukannya dengan membangkitkan cinta dari sifat-Nya dan membuatnya menjadi obyek cinta, yang merupakan keindahan. Dengan makna ini, para darwis saling menghormati satu sama lain dengan berkata, "Ishq Allah, Ma'bud Allah" -- 'Allah adalah cinta dan Allah adalah
[kekasih] yang dicintai.' Seorang penyair Hindustan berkata, "Hasrat untuk melihat kekasih membawaku ke dunia, dan hasrat yang sama untuk melihat kekasih membawaku ke surga."

Karena cinta merupakan sumber ciptaan dan pemelihara nyata dari semua keberadaan, maka, bila manusia tahu bagaimana cara memberikannya kepada dunia di sekelilingnya sebagai simpati, sebagai kebaikan, pelayanan, ia memberi kepada semuanya makanan kepada setiap jiwa yang lapar. Jika orang mengetahui rahasia hidup ini ia akan menguasai dunia dengan pasti.

Cinta selalu dapat dikenal di dalam gagasan, ucapan, dan perbuatan orang yang mencintai, karena setiap ekspresinya terdapat kehangatan yang muncul sebagai keindahan, kelembutan, dan kehalusan. Hati yang terbakar oleh api cinta cenderung untuk melelehkan setiap hati yang dijumpainya. Cinta menghasilkan pesona pada pecinta sehingga sementara ia mencintai seseorang, semua mencintai pecinta itu. Magnetisme cinta dijelaskan oleh seorang penyair Hindustan: "Mengapa tidak semua hati dilelehkan menjadi tetesan-tetesan oleh api yang dipelihara hatiku sepanjang hidupku? Karena sepanjang hidup aku meneteskan air mata derita karena cinta, pecinta berkunjung ke kuburku penuh dengan air mata." Untuk mengajarkan cinta, Nabi Isa berkata, "Aku
akan membuatmu menjadi pemancing manusia." Jalaluddin Rumi berkata: "Setiap orang tertarik kepadaku, untuk menjadi sahabatku, tapi tak seorang pun tahu apa di dalam hatiku yang menariknya."
Cinta itu alami dalam setiap jiwa. Semua pekerjaan dalam hidup, penting atau tak penting, dalam suatu cara cenderung ke arah cinta; karena itu tak seorang pun di dunia yang dapat disebut sepenuhnya tanpa cinta. Cinta adalah sesuatu yang dibawa setiap jiwa ke dunia, tetapi setelah tiba di dunia, orang berperan dalam semua kualitas tanpa cinta. Andai tidak, kita pasti sudah pahit,
cemburu, marah, dan penuh kebencian ketika kita lahir. Bayi tak punya kebencian. Anak kecil yang kita sakiti, dalam beberapa menit akan datang dan memeluk kita.
Mencintai, memuja seseorang yang berhubungan dengan kita baik dalam hal kelahiran, ras, kepercayaan atau hubungan duniawi lain, datang dari cinta jiwa. Kadang-kadang jatuh cinta pada pandangan pertama, kadang-kadang kehadiran seseorang menarik kita seperti magnet, kadangkadang kita melihat seseorang dan merasa, "Mungkin aku telah mengenalnya." Kadang-kadang kita berbicara dengan orang lain dan merasakan mudah memahami seolah-olah kedua jiwa saling mengenal. Semua ini berkaitan dengan 'pasangan jiwa'.

Hati yang tercerahkan dan cinta lebih berharga daripada semua permata di dunia. Ada berbagai macam hati sebagaimana adanya berbagai macam unsur di dunia. Pertama, hati dari metal perlu lebih banyak waktu dan lebih banyak api cinta untuk memanaskannya, setelah panas ia akan meleleh dan dapat dibentuk menurut kehendak ketika itu, namun kemudian menjadi dingin kembali. Kedua, hati yang terbuat dari lilin, yang segera meleleh ketika bersentuhan dengan api, dan bila mempunyai sumbu ideal, ia akan mempertahankan api itu hingga lilin habis terbakar.
Ketiga, hati dari kertas yang dapat menyala dengan cepat ketika bersentuhan dengan api dan berubah menjadi abu dalam sekejap.
Cinta itu seperti api. Nyalanya adalah pengorbanan, apinya adalah kearifan, asapnya adalah keterikatan, dan abunya adalah keterlepasan. Api muncul dari nyala, demikian pula kearifan yang muncul dari pengorbanan. Bila api cinta menghasilkan nyala, ia menerangi jalan, dan semua kegelapan lenyap.

Bila daya-hidup bekerja di dalam jiwa, itu adalah cinta; bila bekerja di dalam hati, itu adalah emosi, dan bila bekerja di dalam tubuh, itu adalah nafsu. Karena itu orang yang paling mencinta adalah yang paling emosional, dan yang paling emosional adalah yang paling bernafsu, sesuai dengan dataran yang paling disadarinya. Bila ia bangkit di dalam jiwa, ia mencintai; bila bangkit di dalam hati, ia emosional; bila sadar akan tubuh, ia bernafsu. Ketiganya dapat digambarkan dengan api, nyala api, dan asap. Cinta adalah api di dalam jiwa, ia adalah nyala api bila hati dinyalakan, dan ia
adalah asap bila ia menjelma melalui tubuh.
Cinta pertama adalah bagi diri sendiri. Bila dicerahkan, orang melihat manfaatnya yang sejati dan ia menjadi orang suci. Tanpa cahaya pencerahan, manusia menjadi egois hingga ia menjadi setan.
Cinta kedua diperuntukkan bagi lawan jenis kelamin. Bila demi cinta, ia bersifat surgawi; dan bila demi nafsu, ia bersifat duniawi. Bila cukup murni, cinta ini tentu dapat menghilangkan gagasan tentang diri sendiri, tetapi manfaatnya tipis dan bahayanya besar. Cinta ketiga diperuntukkan bagi anak-anak, dan ini merupakan pelayanan pertama bagi makhluk Allah. Memberikan cinta kepada anak-anak, adalah memanfaatkan dengan sebaik-baiknya apa yang dipercayakan oleh Pencipta, tetapi bila cinta ini meluas hingga mencakup seluruh ciptaan Allah, hal ini mengangkat manusia
menjadi orang-orang pilihan Allah.

Cinta orang tua kepada anak-anaknya jauh lebih besar daripada cinta akan-anak itu kepada orang tuanya, karena semua pemikiran penggunaan tua terpusat pada anak, tetapi cinta anak mula-mula terpusat pada diri sendiri. Muhammad s.a.w. ditanya seseorang, "Cinta siapa yang lebih besar, cinta anak-anak kepada orang tua mereka, atau cinta orang tua kepada anak-anaknya?" Beliau menjawab, "Cinta orang tua lebih besar, karena sementara melakukan semua hal, mereka berpikir bagaimana agar anaknya tumbuh dan bahagia, seolah-olah ia mengharap untuk hidup di dalam kehidupan anak-anaknya setelah ia mati; sementara anak-anak yang saleh berpikir bahwa suatu hari orang tuanya akan mati, dan dengan demikian mereka hanya sebentar dapat melayani orang tua mereka." Orang itu bertanya, "Cinta ayah atau ibu-kah yang lebih besar?" Nabi menjawab,
"Ibu. Ia berhak memperoleh penghormatan dan pelayanan, karena surga terletak di bawah
kakinya." Cinta orang tua adalah cinta yang paling diberkahi, karena cinta mereka sebening kristal.

Alkisah, Shirvan Bhagat adalah anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya yang sangat tua, hingga tak berdaya dan sepenuhnya bergantung kepada pelayanan anak lelaki satu-satunya. Shirvan begitu berbakti kepada mereka hingga ia mengorbankan kebebasan dan kesenangan hidup agar dapat melayani mereka. Dengan lembut ia memenuhi setiap panggilan mereka, dan dengan sabar menghadapi semua kesulitan yang berkaitan dengan ketuaan mereka. Suatu hari, orang tua itu berkata bahwa mereka sangat ingin berziarah ke Kashi. Anak yang saleh itu seketika menyetujui kehendak mereka, dan karena pada saat itu belum ada kendaraan, mereka pergi berjalan kaki. Ia membuat keranjang, memasukkan orang tuanya ke dalamnya, mengangkutnya dengan punggungnya, dan menempuh perjalanan ribuan mil melalui hutan, pegunungan, dan sungai-sungai.
Ia menempuh perjalanan itu berbulan-bulan, tetapi sebelum sampai, nasib malang menimpa. Atas perintah orang tuanya, Shirvan meletakkan keranjangnya di tanah dan pergi untuk mengambil air. Ketika berada di dekat sungai, ia terkena panah Raja Destaratha, yang sebenarnya diarahkan kepada seekor kijang. Mendengar teriakan manusia, Raja itu datang kepadanya, dan menangis sejadi-jadinya. Ia berkata, "Adakah sesuatu yang dapat kulakukan untukmu?" Shirvan berkata,
"Aku sedang sekarat. Aku hanya punya satu keinginan, yaitu memberi air kepada orang tuaku; mereka haus karena terik matahari." "Hanya itu? Aku akan melakukannya dengan senang hati sebagai tugas pertamaku." Shirvan berkata, "Bila tuan ingin melakukan yang lain, maka rawatlah mereka dan pastikan bahwa mereka dibawa ke Kashi, meskipun aku ragu apakah mereka akan hidup lebih lama setelah aku pergi." Raja itu pergi, membawa air di tangannya dan memberikannya kepada orang tua itu tanpa
mengucapkan sepatah kata, khawatir mereka tidak akan mau minum bila mendengar suara orang asing. Orang tua itu berkata, "Hai anakku, sepanjang hidup, kami tak pernah melihatmu sedih. Ini adalah pertama kali engkau memberi kami air tanpa mengucapkan kata cinta yang selalu memberi kami hidup baru." Raja Destaratha menangis, dan menceritakan kematian Shirvan. Mendengar itu, mereka tak dapat lagi hidup untuk menikmati air itu. Mereka hanya hidup karena anak mereka, mereka menarik napas dalam, berkata "Oh, anakku Shirvan", dan meninggal. Kisah di atas menjadi tradisi di India, dan ada pengikut dari tradisi itu yang membawa keranjang di pundaknya ke mana-mana, mengajarkan kebaktian dan pelayanan kepada orang tua. Bila cinta dipusatkan pada satu obyek, ia adalah cinta. Bila diarahkan ke beberapa obyek, ia disebut kasih. Bila seperti kabut, ia disebut nafsu. Bila cenderung kepada moral, ia adalah kebaktian. Bila diperuntukkan bagi Allah, Yang Mahaberada dan Mahaperkasa, yang merupakan Keberadaan Total, ia disebut cinta ilahi, pecinta itu disebut suci. Tiada daya yang lebih besar daripada cinta. Semua kekuatan muncul ketika cinta bangkit di dalam
hati. Orang berkata, "Ia berhati lembut, ia lemah," tetapi banyak orang yang tidak tahu kekuatan apa yang muncul dari hati yang menjadi lembut dalam cinta. Seorang serdadu bertempur di medan perang demi cinta kepada rakyatnya. Setiap pekerjaan yang dilakukan dalam cinta, dilakukan dengan seluruh daya dan kekuatan. Khawatir dan alasan, yang membatasi daya, tak mampu
melawan cinta. Seekor induk ayam, meskipun sangat takut, dapat melawan seekor singa untuk melindungi anak-anaknya. Tiada sesuatu yang terlalu kuat bagi hati yang mencintai. Daya cinta menyelesaikan semua urusan dalam hidup sebagaimana daya dinamit yang mengalahkan dunia. Dinamit membakar segala sesuatu, demikian pula cinta: bila terlalu kuat ia menjadi roda pemusnah, dan segalanya menjadi salah dalam hidup pecinta. Itulah misteri yang menjadi penyebab penderitaan hidup seorang pecinta. Namun, pecinta itu mengambil manfaat dalam kedua kasus. Bila ia menguasai keadaan, ia seorang penguasa (master). Bila ia kehilangan semuanya, ia orang suci.

Cinta mengatasi [berada di atas] hukum, dan hukum berada di bawah cinta. Keduanya tak dapat dibandingkan. Yang satu dari langit, yang satu dari bumi. Bila cinta mati, hukum mulai hidup. Maka, hukum tak pernah menemukan tempat bagi cinta, demikian pula cinta tak dapat membatasi diri dengan hukum; hukum itu terbatas, dan cinta itu tak berbatas. Seseorang tak dapat memberi alasan mengapa ia mencintai orang tertentu, karena tiada alasan bagi segalanya kecuali cinta.
Waktu dan ruang berada di dalam genggaman cinta. Perjalanan ribuan kilometer terasa hanya beberapa meter dalam kehadiran orang yang dicintai, dan beberapa meter terasa ribuan kilometer tanpa kehadirannya. Satu hari berpisah dalam cinta sama dengan seribu tahun, dan seribu tahun bersama kekasih terasa hanya sehari.
Bila ada pengaruh yang melindungi di dunia ini, itu tak lain dari cinta. Dalam segala aspek kehidupan, ke mana pun kita mencari perlindungan, motifnya selalu cinta. Tak seorang pun dapat mempercayai suatu perlindungan, betapa pun besarnya, kecuali perlindungan yang diberikan oleh cinta. Kalau seorang raksasa menakuti seorang anak kecil, anak itu akan berkata, "Aku akan katakan kepada ibuku." Daya kekuatan manusia terlalu kecil bila dibandingkan dengan perlindungan cinta yang diberikan ibu kepada anaknya. Cinta dapat menyembuhkan lebih dari apa pun di dunia. Tak ada sesuatu seperti sentuhan seorang ibu ketika anaknya menderita sakit. Tak ada penyembuh yang lebih baik daripada kehadiran orang yang dikasihi bila seorang pecinta sakit. Bahkan anjing dan kucing pun disembuhkan dengan sedikit sentuhan cinta.

Untuk membaca pikiran, untuk mengirimkan dan menerima pesan telepati, orang mencoba prosesproses fisik dengan sia-sia. Andai mereka tahu bahwa rahasia semua itu berada di dalam cinta!

Seorang pecinta mengetahui semuanya: kesenangan, kesedihan, pikiran dan imajinasi orang yang dicintainya. Tiada ruang atau waktu yang menghalanginya, karena arus telepati secara alami terjadi antara pecinta dan kekasihnya. Imajinasi, pikiran, mimpi dan visi seorang pecinta, semuanya mengungkapkan segala sesuatu tentang obyek yang dicintainya.

Konsentrasi, yang merupakan rahasia setiap pencapaian dalam hidup, dan faktor terpenting dalam semua aspek hidup, terutama dalam jalur agama dan mistisisme, merupakan bal yang alami dalam cinta. Orang tanpa cinta akan menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam jalur ini, dan akan selalu gagal untuk memusatkan pikiran mereka pada satu obyek. Tetapi cinta memaksa pecinta, menahan visi tentang kekasihnya di depan pandangannya. Maka pecinta tak perlu berkonsentrasi dalam pikirannya. Cintanya sendiri adalah konsentrasi yang memberinya penguasaan atas semua hal di dunia. Pecinta itu mencapai cintanya dan daya konsentrasi sekaligus. Bila ia tak mencapai
obyeknya, maka ia terangkat ke atasnya. Dalam kedua kasus, pecinta itu memperoleh upahnya.

Kecintaan terhadap lawan jenis merupakan fitrah yang ada pada setiap
manusia yang sempurna. Inilah hikmah diciptakannya manusia dengan
jenis yang berbeda, berupa laki-laki dan wanita.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak
dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga)”. (Q.S. Ali Imran: 14).

Namun kecintaan kepada lawan jenis, harus diletakkan pada tempatnya
sesuai aturan syari’at. Jika tidak, maka di sinilah manusia akan
hidup seperti binatang, bahkan lebih keji lagi. Cara dan tipsnya yang
syar’i, bina dan tumbuhkan cinta ini dalam rumah tangga melalui
gerbang nikah, bukan sebelum berumah tangga, karena ini terlarang
dalam agama kita.

Pembaca yang budiman, kecintaan terhadap lawan jenis inilah yang
menjadi alasan dua anak manusia terjerumus dalam perkara haram, hina
dan keji dengan menjalin hubungan, memadu kasih, mengukir kisah
asmara dan berjanji setia sehidup dan semati, atau lebih akrab
disebut dengan istilah “pacaran” !!!

Betapa banyak harta yang terbuang karenanya, betapa banyak manusia
menjadi gila karena ulahnya, betapa banyak kemaksiatan yang terjadi
karena melakukannya, dan jiwapun melayang disebabkan olehnya. Namun
sangat sedikit manusia yang mau mengambil pelajaran.

Lalu kenapa produk barat yang bermerek “pacaran” ini masih
menjadi “virus” yang menjangkiti hampir semua kalangan, mulai dari
Sekolah Dasar, SMP, SMA, sampai di bangku kuliahan. Mereka merasa
malu, bila masih sendiri alias belum punya pacar. Semua ini
disebabkan karena hawa nafsu yang sudah berkuasa pada diri seseorang,
kurangnya perhatian orang tua, dan jauhnya mereka dari agama.

Berbagai macam dalih dan beribu merek alasan yang sering dilontarkan
untuk menghalalkan produk haram ini. Yah, “alasanya mengikuti
perkembangan zaman”, “cara untuk mencari dan memilih pasangan hidup,
agar bisa saling mengenal karakter dan sifat masing-masing sebelum
menjalani bahtera kehidupan rumah tangga”. Ini adalah jerat-jerat
setan. Lalu sampai di mana kalian akan saling mengenal pasangan?
Apakah sampai harus melanggar batasan-batasan Allah !!? Ini adalah
pintu kebinasaan yang akan menghinakan dirimu.

=> Dalil Haramnya Pacaran

Allah -Azza wa Jalla- Yang Maha Penyayang kepada hamba-Nya telah
menutup segala celah yang bisa membinasakan hamba-Nya, di antaranya
adalah zina, dan segala pengantar menuju zina. Allah –Azza wa Jalla-
berfirman:

“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-
Isra’ : 32)

Allah telah melarang hamba-Nya untuk mendekati perzinaan, karena zina
itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.
Maka segala hal yang bisa mengantarkan kepada bentuk perzinaan telah
diharamkan pula oleh Allah. Sedangkanpacaran adalah sebesar-besar
perkara yang bisa mengantarkan ke pintu perzinaan !!! Data dan
realita telah membuktikan; tak perlu kita sebutkan satu-persatu kisah
buruk dan menjijikkan, dua insan yang dimabuk asmara.

Jika Allah dalam ayat ini mengharamkan pengantar menuju zina
(diantaranya pacaran), maka tentunya Allah mengharamkannya karena hal
itu akan menimbulkan mafsadah (kerusakan) di atas permukaan bumi,
seperti kerusakan nasab, harga diri, rumah tangga, dunia, dan
akhirat.

Para Pembaca yang budiman, Rasulullah -Shallallahu `alaihi wa sallam-
telah menjelaskan firman Allah di atas, kenapa Allah mengharamkan
pacaran? Jawabnya, berdasarkan hadits-hadits yang ada, bahwa pacaran
mengandung beberapa perkara maksiat lainnya; satu dengan lainnya
saling mengundang, seperti:

=> Memandang Lawan Jenis yang Bukan Mahram

Saling memandang antara satu dengan yang lainnya sudah menjadi
perkara yang lumrah bagi dua insan yang dimabuk cinta. Sementara
memandang lawan jenis bisa membangkitkan syahwat apalagi bila sang
wanita berpakaian ketat yang menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya. Oleh
karena itu “bohong” bila seorang laki-laki tidak tergiur dengan
penampilan wanita yang menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya, apa lagi
sang wanita tergila-gila kepadanya dan tiap hari berada di sisinya.
Sebenarnya sang laki-laki bejat tinggal menunggu waktu dan kesempatan
saja untuk bisa melampiaskan nafsu setannya. Setelah itu terjadilah
apa yang terjadi… naudzu billahi min dzalik.

Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim menjaga matanya dari
memandang perkara-perkara yang diharamkan untuk dilihat. Allah -
Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka
menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya (dari hal yang
haram); yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada
wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya (dari yang haram)”. (QS. An-Nur: 30-31).

Jarir bin Abdillah -radhiyallahu `anhuma- berkata,

“Aku bertanya kepada Rasulallahi -Shollallahu `alaihi wasallam-
tentang pandangan yang tiba-tiba (tanpa sengaja)? Maka beliau
bersabda, “Palingkan pandanganmu” . [HR. Muslim (2159), Abu Dawud
(2148), At-Tirmidziy (2776)]

Memandang wanita yang tidak halal untuk dipandang (bukan mahram),
meskipun tanpa syahwat, maka ia adalah zina mata. Rasulullah -
Shollallahu `alaihi wasallam- bersabda,

“Telah ditulis bagi setiap bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia
akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga
zinanya adalah mendengar, lidah (lisan) zinanya adalah berbicara,
tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah,
sementara qalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluanlah
yang membenarkan (merealisasikan) hal itu atau mendustakannya” . [HR.
Al-Bukhoriy (5889) dari Ibnu Abbas, dan Muslim (2657) dari Abu
Hurairah]

=> Saling Merayu, dan Menggoda dengan Suara Lembut

Lalu bagaimana lagi jika yang dilakukan bukan hanya sekedar
memandang, tapi juga dibumbui dengan cumbu rayu, berbalut suara yang
mengundang syahwat dan sejuta godaan dusta!! Allah -Subhanahu wa
Ta’ala- berfirman,

“Maka janganlah kamu tunduk (bersuara lembut) dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan
ucapkanlah perkataan yang baik”. (QS. Al-Ahzab:32) .

Al-Hafizh Ibnu Katsir-rahimahullah - berkata menafsirkan ayat
ini, “Maknanya hal ini, seorang wanita berbicara (di balik tirai dan
penghalang, -pent) dengan orang lain dengan ucapan yang di dalamnya
tak terdapat kemerduan suara, yakni seorang wanita tidak berbicara
dengan orang lain sebagaimana ia berbicara dengan suaminya (dengan
penuh kelembutan)” . [Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-Karim (3/636)]

Jadi, seorang lelaki atau wanita terlarang untuk saling menggoda,
merayu, dan bercumbu dengan ucapan-ucapan yang membuat salah satu
lawan jenis tergoda, dan terbuai sehingga pada gilirannya membuka
jalan menuju zina, baik itu zina kecil (seperti memandang, saling
memikirkan, dan lainnya), maupun zina besar !!

=> Menemui Wanita Tanpa Mahram, dan Tanpa Pembatas

Sehari bagaikan sepekan, sepekan bagaikan sebulan, dan sebulan
bagaikan setahun bila sepasang anak manusia yang sedang dimabuk cinta
tidak bertemu. Ketika mereka bertemu, pastilah berduaan. Sang pria
berusaha sebisa mungkin menemui si wanita, tanpa ada mahram, dan
tanpa pembatas berupa tirai yang melindungi mereka dari pandangan
syahwat. Rasulullah -Shollallahu `alaihi wasallam- bersabda,

“Hati-hatilah kalian dari masuk menemui wanita”. Seorang lelaki dari
kalangan Ashar berkata, “Bagaimana pendapatmu dengan kerabat suami?”
Maka Rasulullah -Shollallahu `alaihi wasallam- bersabda, “Mereka
adalah kematian (kebinasaan) “. [HR. Al-Bukhoriy (5232), Muslim
(2172), dan At-Tirmidziy (1171)]

=> Berduaan antara Pria dan Wanita

Lebih para lagi, jika pria dan wanita yang berpacaran ini saling
berduaan, karena setan sudah hampir berhasil menjerumuskan keduanya
dalam zina. Makanya, kasus zinanya orang yang berpacaran, itu terjadi
di saat mereka berduaan; saat mereka bebas mengungkap isi hatinya,
dan syahwatnya yang bergejolak kepada lawan jenisnya. Sebab itu,
kedua pasangan yang haram ini berusaha mencari tempat yang
tersembunyi, dan jauh dari jangkauan manusia; ada yang pergi ke
daerah wisata, tepi pantai; ada yang lebih elit
lagi sewa hotel, villa, dan lainnya. Untuk apa? Agar bebas berduaan
melampiaskan birahinya yang keji !!! Di lain sisi, sebagian wanita
tak sadar jika ia akan dihinakan dengan perbuatan itu, karena hanya
sekedar janji-janji muluk dan dusta. Sadarlah wahai kaum wanita, jika
seorang lelaki yang mengungkapkan cintanya kepadamu, tanpa melalui
pintu nikah, maka ketahuilah bahwa itu adalah “cinta palsu”,
dan “janji dusta”

Seorang dilarang berduaan dengan lawan jenisnya yang bukan mahramnya,
karena hal itu akan membuat setan lebih leluasa menggoda dan
menjerumuskan seseorang dalam zina, dan pengantarnya. Rasulllah -
Shollallahu `alaihi wasallam- bersabda:

“Jangan sekali-sekali salah seorang di antara kalian (kaum pria)
berduan dengan seorang wanita, karena setan adalah pihak ketiganya”.
[HR. At-Tirmidziy (2165), dan Ahmad (114). Hadits ini di-shohih-kan
oleh Al-Albaniy dalam Al-Irwa' (6/215)]

=> Memegang dan Menyentuh Pacar

Pacaran tidaklah lepas dari bersentuhan, entah dengan cara berjabat
tangan, berboncengan di atas kendaraan, atau berpegangan, berpelukan,
berciuman dan lainnya. Ketahuilah bahwa memegang dan menyentuh wanita
yang bukan mahram kita adalah perbuatan yang diharamkan dalam agama
kita. Rasulullah -Shollallahu `alaihi wasallam- bersabda,

“Andaikan kepala seseorang di cerca dengan jarum besi, itu lebih baik
(ringan) baginya dibandingkan menyentuh seorang wanita yang tak halal
baginya”. [HR. Ar-Ruyaniy dalam Al-Musnad (227/2), dan Ath-Thobroniy
dalam Al-Kabir (486, & 487)]

Al-Allamah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy-rahimahu llah-
berkata setelah menguatkan sanad hadits diatas dalam Ash-Shohihah
(1/1/448), “Dalam hadits ini terdapat ancaman yang keras bagi orang
yang menyentuh wanita yang tak halal baginya. Jadi, di dalamnya juga
ada dalil yang menunjukkan haramnya berjabat tangan dengan para
wanita (yang bukan mahram), karena berjabat tangan dicakup oleh
kata “menyentuh”, tanpa syak. Perkara seperti ini telah menimpa
kebanyakan kaum muslimin di zaman ini. (Namun sayang), di antara
mereka ada yang berilmu andaikan ia ingkari dalam hatinya, maka
masalahnya sedikit agak ringan. Cuman mereka ini berusaha
menghalalkannya dengan berbagai jalan, dan takwil. Telah sampai suatu
berita kepada kami bahwa ada seorang tokoh besar di Al-Azhar telah
disaksikan oleh sebagian orang sedang berjabat tangan dengan para
wanita !! Hanya kepada Allah tempat kita mengadu dari keterasingan
Islam”.

=> Nasihat bagi Orang Tua

Suatu perkara yang membuat kita sedih, orang tua tidak peduli lagi
dengan anak gadisnya ketika keluar rumah bersama laki-laki yang bukan
mahramnya. Keluar dengan berpakaian serba ketat, kemudian dibonceng,.
Tidak tahu kemana anak gadisnya dibawa pergi. Lalu terjadilah apa
yang terjadi. Si gadis terkadang pulang larut malam, namun orang tua
hanya membiarkan kemungkaran terjadi di dalam rumah tangga, dan
keluarganya. Inilah Dayyuts yang diharamkan baginya jannah (surga).
Nabi -Shallallahu `alaihi wa sallam- bersabda,

“Ada tiga golongan yang sungguh Allah haramkan baginya surga: pecandu
khomer, orang yang durhaka (kepada orang tuanya), dan dayyuts yang
membiarkan perbuatan keji dalam keluarganya” . [HR. Ahmad dalam Al-
Musnad (2/69/no. 5372). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-
Albaniy dalam Shohih Al-Jami' (3047)]

Jika kita melirik ke arah yang lain, ternyata ada juga wanita yang
berbusana muslimah dan pria memakai gamis jatuh ke dalam jerat setan
ini. Mereka sebut dengan istilah “pacaran islami”. Tentunya ini
justru lebih berbahaya karena jalan menuju perzinaan yang telah
dibungkus dengan label “islami”. Padahal sungguh agama Islam yang
suci ini telah berlepas diri dari perbuatan ini.

Pacaran yang merupakan pos dan gerbang menuju zina ini, jika
dianggap “islami” -padahal itu haram berdasarkan ayat yang lalu-,
maka kami khawatirkan akan muncul generasi yang akan menghalalkan
perkara-perkara haram lainnya, karena dipoles dan dihiasi dengan
label “islami” sehingga mereka nantinya akan membuat istilah “musik
islami”, “khomer islami”, “mencuri islami”, “riba islami”, “judi
islami”, dan lain sebagainya. Padahal musik, khomer, mencuri, riba,
dan judi adalah perkara-perkara haram, namun dihalalkan oleh mereka
hanya karena permaiman kata yang licik. Na’udzu billah min dzalik !!

Akhirnya kami nashihatkan kepada kaum yang dilanda asmara agar segera
bertaubat kepada Allah sebelum nyawa meregang. Hentikan pacaran yang
akan menjatuhkan kalian dalam jurang kenistaan. Jagalah kehormatan
kalian yang suci dengan tameng ketaqwaan kepada Allah -Ta’ala- .




Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 67 Tahun II.

Penulis: Ustadz Abu Hamzah Yusuf

Siapa yang tidak menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat, kita semua tentu menginginkannya. Hanya yang perlu untuk kita pertanyakan bagaimana cara untuk meraih keduanya. Sementara, kita yakini bersama bahwa Islam adalah agama yang ajarannya universal (menyeluruh). Islam satu-satunya agama yang mendapatkan legitimasi (pengakuan) dari Sang Pemiliknya Jalla Sya’nuhu.

Islam adalah agama yang rahmatan lil alamiin. Tidak didapatkan satu ajaranpun dalam Islam yang merugikan para pemeluknya, tidak ditemukan satu prinsip pun dalam Islam yang mencelakakan para penganutnya. Tetapi pada kenyataannya banyak kalangan yang hanya menitikberatkan perhatiannya pada dunia dan bagaimana cara untuk mendapatkannya.

Padahal Allah telah mengingatkan kita dengan firman-Nya,“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridloannya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al Hadid: 20).

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang mereka telah usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Huud: 15-16).

Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, petunjuk Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah sebaik-baik petunjuk. Siapa yang mengambilnya ia akan bahagia dan yang meninggalkannya akan celaka. Allah berfirman, “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (QS An Nuur: 63).

Terbukti generasi yang bersamanya, yakni generasi para sahabat meraih gelar terbaik umat ini, karena mereka mengambil petunjuknya. Itulah mereka para sahabat yang telah berhasil meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Bagaimana tidak, sedang mereka mendapatkan bimbingan tauhid selama kurang lebih 13 tahun hingga akhirnya mereka memiliki landasan yang kokoh dalam kehidupannya.

Oleh karena itu, tauhid itulah sebagai landasan yang menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan yang sebenarnya. Sebab mentauhidkan Allah adalah tujuan diciptakannya manusia. Allah berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz Dzariyaat: 56). Ibnu Katsir berkata: makna “ya’buduun” dalam ayat ini adalah “yuwahhiduun” (mentauhidkan Allah). Al Imam Al Baghowi menyebutkan dalam tafsirnya bahwa Ibnu Abbas RA mengatakan: “Setiap perintah beribadah dalam Al Qur’an maka maknanya adalah tauhid.”

Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, bagaimana tidak dikatakan bahwa tauhid sebagai landasan yang akan menghantarkan seseorang kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, sedangkan Allah meridloi ahli tauhid. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya Allah meridloi kalian tiga perkara: kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, berpegang teguh dengan tali Allah semuanya dan jangan bercerai berai, dan memberikan nasihat kepada orang yang Allah jadikan pemimpin atas urusan-urusan kalian.” (HR Muslim dari Abu Hurairoh).

Itulah tauhid, tauhid adalah sebagai jalan untuk mendapatkan dua kebahagiaan tersebut, sebab dengan menegakkan tauhid berarti menegakkan keadilan yang paling adil. Sementara tujuan Allah mengutus rasul-Nya dan menurunkan kitab-Nya adalah supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Allah berfirman, “Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyatam dan telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (QS Al Hadiid: 25).

Tauhid sebagai landasan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat karena keamanan serta petunjuk di dunia dan akhirat hanya akan dicapai oleh para ahli tauhid. Allah berfirman, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al An’aam: 82). Berkata Ibnu Katsir pada ayat ini: “Yaitu mereka yang memurnikan ibadahnya untuk Allah saja dan tidak berbuat kesyirikan dengan sesuatu apapun, mereka mendapatkan keamanan pada hari kiamat dan petunjuk di dunia dan akhirat.”

Jadi memang tauhidlah yang akan menghantarkan kepada kebahagiaan yang hakiki. Karena khilafah di muka bumi serta kehidupan yang damai, aman, dan sentosa berbangsa dan benegara hanya akan diraih melalui tauhid. Allah berfirman, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang sholih, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi.

Sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridloinya untuk mereka. Dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, semula mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS An Nuur: 55).

Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, ahli tauhid mereka orang-orang yang akan mendapatkan jaminan surga dari Allah. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Barangsiapa yang bertemu Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, ia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang bertemu dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya, ia akan masuk neraka.” (HR Muslim dari Jabir bin Abdillah). Ahli tauhid mereka orang-orang yang akan berbahagia dengan syafa’atnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Abu Hurairoh bertanya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam, “Siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa’atmu?” Beliau menjawab, “Orang yang mengatakan ‘laa ilaaha illallah’ ikhlas dari lubuk hatinya.” (HR Bukhori dari Abi Hurairoh).

Ahli tauhid mereka orang-orang yang terjaga dan terpelihara darah dan hartanya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak untuk diibadahi secara benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat. Jika mereka melakukannya, mereka terjaga dariku darahnya dan hartanya kecuali dengan hak-hak Islam, dan perhitungannya atas Allah.” (HR Bukhori dan Muslim dari Ibnu Umar).

Demikianlah para pembaca -kaum muslimin- tauhid adalah rahasia kebahagiaan dunia dan akhirat, karena yang pertama kali diwajibkan atas seorang hamba adalah tauhid. Allah berfirman, “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Ilah yang hak melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS Al Anbiyaa: 25).

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam berkata kepada sahabat Muadz bin Jabal radhiallahu `anhu ketika beliau mengutusnya ke negeri Yaman, “Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari Ahli Kitab. Jika Engkau mendatanginya maka serukanlah kepada mereka supaya mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah -yang berhak untuk diibadahi- kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah…” (HR Bukhori Muslim dari Ibnu Abbas radhiallahu `anhu).

Imam Al Hafizh Al Hakami mengatakan, “Kewajiban pertama atas hamba, mengenal Ar Rahmaan (Allah) dengan tauhid.” Dan tauhid juga yang menjadi kewajiban terakhir atas seorang hamba, ketika menjelang kematiannya Abu Tholib, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam datang menemuinya dan berkata, “Wahai paman, ucapkanlah ‘laa ilaaha illallah’, kalimat yang menjadi hujjah untukmu di sisi Allah…” (HR Bukhori Muslim dari Sa’id ibnul Musayyab dari bapaknya (Musayyab)).

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam juga bersabda, “Barangsiapa yang akhir ucapannya ‘laa ilaaha illallah’, ia akan masuk surga.” Semoga Allah memberikan taufiq kepada yang dicintai dan diridloinya. Amin ya Mujibas sailiin.

(Dikutip dari tulisan Ustadz Abu Hamzah Yusuf dari Bulletin al Wala wal Bara Edisi ke-7 Tahun ke-1 / 24 Januari 2003 M / 21 Dzul Qo’dah 1423 H. Judul asli Tauhid Rahasia Kebahagiaan Dunia dan Akhirat. URL sumber http://fdawj.atspace.org/awwb/th1/7.htm)

Keutamaan Puasa Enam Hari Di Bulan Syawal

Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu 'anhu meriwayatkan, Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya
dengan(puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia
berpuasa selama satu tahun ."

(HR. Muslim).

Imam Ahmad dan An-Nasa'i, meriwayatkan dari Tsauban, Nabi
shallallahu 'alaihi wasalllam bersabda:
"Puasa Ramadhan (ganjarannya) sebanding dengan (puasa) sepuluh
bulan, sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal, pahalanya)
sebanding dengan(puasa) dua bulan, maka itulah bagaikan berpuasa
selama setahun penuh."

( Hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam "Shahih" mereka.)

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Barangsiapa berpuasa Ramadham lantas disambung dengan enam hari di
bulan Syawal, maka ia bagaikan telah berpuasa selama setahun. "

(HR. Al-Bazzar) (Al Mundziri berkata: "Salah satu sanad yang befiau
miliki adalah shahih.")

Pahala puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari di
bulan Syawal menyamai pahala puasa satu tahun penuh, karena setiap
hasanah(kebaikan) diganjar sepuluh kali lipatnya, sebagaimana telah
disinggung dalam hadits Tsauban di muka.

Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki banyak manfaat, di
antaranya :

1. Puasa enam hari di buian Syawal setelah Ramadhan, merupakan
pelengkap dan penyempurna pahala dari puasa setahun penuh.

2. Puasa Syawal dan Sya'ban bagaikan shalat sunnah rawatib,
berfungsi sebagai penyempurna dari kekurangan, karena pada hari
Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu akan disempurnakan
(dilengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana
keterangan yang datang dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di
berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum
muslimin memiliki kekurangan dan ketidak sempurnaan, maka hal itu
membutuhkan sesuatu yang menutupi dan menyempurnakannya.

3. Membiasakan puasa setelah Ramadhan menandakan diterimanya
puasa Ramadhan, karena apabila Allah Ta'ala menerima amal seorang
hamba, pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik
setelahnya. Sebagian orang bijak mengatakan: "Pahala'amal kebaikan
adalah kebaikan yang ada sesudahnya." Oleh karena itu barangsiapa
mengerjakan kebaikan kemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain,
maka hal itu merupakan tanda atas terkabulnya amal pertama.

Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan suatu kebaikan
lalu diikuti dengan yang buruk maka hal itu merupakan tanda
tertolaknya amal yang pertama.

. Puasa Ramadhan -sebagaimana disebutkan di muka- dapat
mendatangkan maghfirah atas dosa-dosa masa lain. Orang yang berpuasa
Ramadhan akan mendapatkan pahalanya pada hari Raya'ldul Fitri yang
merupakan hari pembagian hadiah, maka membiasakan puasa
setelah 'Idul Fitri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini.
Dan sungguh tak ada nikmat yang lebih agung dari pengampunan dosa-
dosa.

Oleh karena itu termasuk sebagian ungkapan rasa syukur seorang hamba
atas pertolongan dan ampunan yang telah dianugerahkan kepadanya
adalah dengan berpuasa setelah Ramadhan. Tetapi jika ia malah
menggantinya dengan perbuatan maksiat maka ia termasuk kelompok
orang yang membalas kenikmatan dengan kekufuran. Apabila ia berniat
pada saat melakukan puasa untuk kembali melakukan maksiat lagi, maka
puasanya tidak akan terkabul, ia bagaikan orang yang membangun
sebuah bangunan megah lantas menghancurkannya kembali.

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan
benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai
kembali "
(An-Nahl: 92)

5. Dan di antara manfaat puasa enam hari bulan Syawal adalah amal-
amal yang dikerjakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada
Tuhannya pada bulan Ramadhan tidak terputus dengan berlalunya bulan
mulia ini, selama ia masih hidup.

Orang yang setelah Ramadhan berpuasa bagaikan orang yang cepat-cepat
kembali dari pelariannya, yakni orang yang baru lari dari peperangan
fi sabilillah lantas kembali lagi. Sebab tidak sedikit manusia yang
berbahagia dengan berlalunya Ramadhan sebab mereka merasa berat,
jenuh dan lama berpuasa Ramadhan.

Barangsiapa merasa demikian maka sulit baginya untuk bersegera
kembali melaksanakan puasa, padahal orang yang bersegera kembali
melaksanakan puasa setelah 'Idul Fitri merupakan bukti kecintaannya
terhadap ibadah puasa, ia tidak merasa bosam dan berat apalagi benci.

Seorang Ulama salaf ditanya tentang kaum yang bersungguh-sungguh
dalam ibadahnya pada bulan Ramadhan tetapi jika Ramadhan berlalu
mereka tidak bersungguh-sungguh lagi, beliau berkomentar:

"Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah secara benar
kecuali di bulan Ramadhan saja, padahal orang shalih adalah yang
beribadah dengan sungguh-sunggguh di sepanjang tahun."


Oleh karena itu sebaiknya orang yang memiliki hutang puasa Ramadhan
memulai membayarnya di bulan Syawal, karena hal itu mempercepat
proses pembebasan dirinya dari tanggungan hutangnya. Kemudian
dilanjutkan dengan enam hari puasa Syawal, dengan demikian ia telah
melakukan puasa Ramadhan dan mengikutinya dengan enam hari di bulan
Syawal.

Ketahuilah, amal perbuatan seorang mukmin itu tidak ada batasnya
hingga maut menjemputnya. Allah Ta'ala berfirman :
"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) "
(Al-Hijr: 99)

Dan perlu diingat pula bahwa shalat-shalat dan puasa sunnah serta
sedekah yang dipergunakan seorang hamba untuk mendekatkan diri
kepada Allah Ta'ala pada bulan Ramadhan adalah disyari'atkan
sepanjang tahun, karena hal itu mengandung berbagai macam manfaat,
di antaranya; ia sebagai pelengkap dari kekurangan yang terdapat
pada fardhu, merupakan salah satu faktor yang mendatangkan mahabbah
(kecintaan) Allah kepada hamba-Nya, sebab terkabulnya doa, demikian
pula sebagai sebab dihapusnya dosa dan dilipatgandakannya pahala
kebaikan dan ditinggikannya kedudukan.

Hanya kepada Allah tempat memohon pertolongan, shalawat dan salam
semoga tercurahkan selalu ke haribaan Nabi, segenap keluarga dan
sahabatnya.

;;