Cinta tak pernah bosan untuk diobrolkan. Urusan cinta pun tak pupus oleh waktu, ia senantiasa hadir dalam kehidupan kita. Asyik untuk dibahas, tak lelah untuk menuliskannya, dan getol untuk mendiskusikannya. Karena cinta memiliki keunikan dan sekaligus �keajaiban�.

Uniknya cinta bisa dilihat dan dirasakan dari berbagai sisi. Paling nggak neh, cerita tentang cinta yang berakhir bahagia sama nikmatnya dengan mendengar kisah duka karena cinta. Selain unik, cinta memang �ajaib�. Bisa mengobati rasa rindu, mampu melicinkan perasaan, dan juga menumbuhkan kreativitas yang tak pernah ada habisnya.

Nah, bicara tentang cinta, ada satu fenomena yang menarik dan perlu mendapat perhatian dari kita semua. Sepertinya sebagian besar dari kita selalu merasa �gatal� bahwa jika cinta tak diekspresikan dengan aktivitas mencintai, akan berakhir dengan kegelisahan. Itu sebabnya, jangan heran jika akhirnya banyak yang kabur dalam memaknai cinta. Banyak yang gelap mata, dan nggak sedikit yang miskin ilmu. Dikiranya mengekspresikan cinta, ternyata malah menggeber nafsu. Padahal, cinta tak sama dengan aktivitas mencintai. Tak berbanding lurus pula. Tapi kenapa harus dipaksakan untuk disamakan?

Guys , sejatinya cinta tetap bisa tumbuh dan terpelihara meski tak diekspresikan dengan aktivitas mencintai. Itu sebabnya pula, cinta tetap ada meski tanpa diwujudkan dengan pacaran. Karena cinta memang beda dengan pacaran. Buktinya banyak orang jatuh cinta, dan nggak sedikit yang memendamnya. Mereka cukup merasakan cinta di dalam hatinya. Entah karena tak kuasa mengatakannya kepada orang yang dicintainya, atau memang sengaja ingin memelihara dan merawatnya sampai pada suatu saat di mana kuncup itu menjadi mekar dan berbunga di taman hatinya (duilee...).

Dua alasan tadi tak perlu dipertentangkan. Karena yang terpenting adalah bahwa tanpa diekspresikan dalam aktivitas saling mencintai pun cinta tetap akan tumbuh di hati. Kenyataan ini pula yang mengukuhkan bahwa cinta tidak selalu sama dan tak sebangun dengan aktivitas mencintai. Jelas, ini mematahkan mitos selama ini yang meyakini bahwa jika jatuh cinta harus diwujudkan dengan aktivitas mencintai bernama pacaran. Ya, namanya juga mitos, bukan fakta, Bro . Lihat aja, mereka yang masih melajang sampe tua, bukan berarti tak memiliki rasa cinta. Mereka pasti memiliki cinta kok. Cuma karena cinta tak mesti dieskspresikan dengan aktivitas mencintai seperti pacaran atau juga pernikahan, ya tak membuatnya sakit tuh. Cuma mungkin gelisah aja karena nggak bisa berbagi cinta dengan seseorang yang bisa menyambut cintanya. Tapi tak membuatnya sakit.

Namun meski demikian, bukan berarti cinta tak boleh diekspresikan sama sekali dalam aktivitas mencintai. Nggak juga. Ini sekadar ngasih gambaran bahwa kita jangan keburu menyimpulkan bahwa pacaran adalah jalan pintas untuk mengekspresikan cinta. Nah, kalo pun harus diekspresikan dengan aktivitas saling mencintai, tentunya hanya wajib di jalan yang benar sesuai syariat. Tul nggak? Yup, hanya melalui ikatan pernikahanlah cinta kita bisa dan halal diekspresikan dengan kekasih kita. Begitu lho. Mohon dicatat dan diingat ya. Makasih. Hehehehe

Jatuh cinta nggak dilarang

Sobat muda muslim, jatuh cinta itu nggak dilarang kok.Hehehe Lagian, siapa yang bisa melarang orang lain untuk tidak jatuh cinta. Nggak bakalan bisa. Namun, jangan pula kemudian nganggep bahwa mentang-mentang jatuh cinta nggak dilarang, lalu mengekspresikannya dengan pacaran jadi sah-sah aja. Ah, kalo itu sih udah tulalit atuh. Beda euy , antara cinta dan aktivitas mengekspresikan cinta, Bro . Oke?

Oya, boleh tuh jatuh cinta meski nggak perlu orang yang kita cintai itu mencintai kita juga. Artinya, cinta tak selalu harus saling bersambut. Jadi, kalo kita jatuh cinta kepada seseorang, tak perlu orang tersebut juga mencintai kita. Namun, seringkali kita nggak siap untuk menerima �penolakan� dari orang yang kita cintai. Sakit. Bahkan bisa sakit banget kalo orang yang nolak dekat dengan kita. Kita setengah mati mencintainya, eh, dia malah setengah hidup menolaknya. Itu kan kagak nyetel namanya. Siapa yang gondok? Tentu saja dua-duanya. Lho kok? Iya. Pertama, orang yang mencintai merasa bertepuk sebelah tangan, dan tentunya kecewa begitu tahu rasa cintanya tak berbalas. Kedua, orang yang menolak juga kecewa, karena kok bisa-bisanya dicintai oleh orang yang tak dicintainya. (Wacks, jangan nyindir dong!)Hehehe

Jadi, kalo udah jatuh cinta, nikmati saja tanpa harus diekspresikan dengan pacaran. Caranya gimana? Ehm, ketika kita jatuh cinta, jangan keburu geer dan tergesa untuk ungkapkan cinta. Itu bisa berbahaya bagi yang belum bisa menerima beban kecewa. Emang sih perasaan cinta itu nggak bisa ditahan-tahan. Nggak bisa dihalangi dengan kekuatan apa saja. Bahkan adakalanya nggak bisa digeser-geser en dipindah-pindah ke lain hati (emangnya pot bunga, digeser-geser?). Maka jangan heran kalo kita ingin rasanya buru-buru menuntaskan rindu kita kepada seseorang yang membuat kita nggak nyenyak tidur siang-malam. Kita ingin agar perasaan kita benar-benar saling berbalas. Kita ingin jadikan ia sebagai dermaga tempat cinta kita berlabuh. Sampai tanpa sadar bahwa kita dikendalikan oleh cinta, bukan kita yang mengendalikannya.

Tapi saran saya, jangan keburu �geer� deh kalo tiba-tiba kamu punya rasa cinta kepada lawan jenis. Kenapa? Karena kalo kamu belum kuat menahan bebannya, bisa blunder. Kamu bisa sakit hati. Bayangin aja ketika kamu terlalu �geer� alias gede rasa, kamu nekatz menembak teman gadismu. Kita bisa dan siap ngincer lalu nembak lawan jenis kita. Tapi, seringkali di usia sepantaran kamu yang masih ABG dan �pensiunan� ABG sering nggak siap menerima kenyataan, gitu lho.Bener Ga??

Kok bisa? Hmm.. mungkin karena kurang pengalaman kali ye (atau bisa juga nggak pede), jadinya pas ditolak, teroris bertindak (idih, serem banget). Iya, saya pernah baca di koran bahwa ada seorang remaja laki yang cintanya ditolak gadis pujaannya, dan langsung bertindak dengan mengerahkan teman-temannya untuk meneror si gadis dan pacar pilihannya hingga ada korban jiwa. (hmm.. itu sih namanya cinta berbuah tahlilan!)

Jadi intinya, boleh saja jatuh cinta. Nggak ada yang larang kok kalo kamu jatuh hati. Wajar aja lagi. Tapi, mbok ya jangan keburu geer gitu lho, hingga menafsirkan kalo cinta harus diwujudkan dengan bersatunya dua hati, lalu tergesa ungkapkan cinta. Padahal, seringkali di antara kita yang masih bau kencur ini nggak siap dengan kenyataan. Dalam bayangannya, cinta itu harus bersatu, cinta itu harus saling memiliki, itu sebabnya mau tidak mau cinta itu harus berbalas. Padahal, banyak kasus berakhir dengan kecewa. Itu karena kita ngotot cinta sama si dia, sementara si dia juga ngotot nolak kita. Walah, itu namanya percintaan sepihak. Jadi, jangan cepet geer ya!

Sekarang saya mau tanya, memang kalo kamu suka sama seorang seleb, kamu cinta sama seorang seleb, dan kamu sayang sama dia, kudu juga berbalas? Nggak juga kok menurut saya. Kenapa? Begini, kamu yang cewek cinta nggak sama Nicholas Saputra? Senang banget kan kalo kebetulan ketemu dan diajak makan bareng? Wuih... tapi sejauh ini, pernah nggak melamunkan supaya dia jadi kekasihmu? Mungkin sebagian dengan pede dan gagah berani menganggukkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan ini, tapi sangat boleh jadi yang lain malah menjawab: Mimpi kali yeee! (ini tergantung bargaining position -nya sih)

Pendam saja dulu rasa itu

Waktu sekolah, saya juga punya rasa cinta kepada seorang gadis teman beda sekolah, saya sering main ke rumahnya, tapi karena saya tak berani mengungkapkannya, saya cukup jadikan ia sebagai �objek� kreativitas saya dalam puisi dan cerpen. Selama tiga tahun saya cuma memendamnya dalam hati rasa cinta kepada gadis beda sekolah itu. Saya hanya bisa cerita kepada teman saya dan si dia sendiri nggak pernah tahu kalo sedang �dicintai� sama saya. Ajaib memang. Di sini saya merasa mencintai tanpa bersalah dan enjoy aja lagi.Hehehe. Saya bisa menikmatinya dan menerjemahkannya dalam puisi. Ya, saya merasa bahagia saja dalam mencintai meski dia sama sekali nggak tahu.

Tapi.. setelah saya mulai nekatz mengungkapkan cinta, barulah muncul masalah. Salah satunya ya rasa bersalah di antara kami. Ternyata eh ternyata ia sama sekali tak mencintai saya, dan menganggap sekadar teman biasa. Rasanya langit bagai runtuh menimpa saya (kerena sudah terlanjur mencintai sepenuh hati. Kandas deh!). Ya, saya merasa bersalah karena saya begitu besar mencintai dia (padahal dulu asyik-asyik aja tuh saat belum diungkapkan perasaan cinta itu). Dia juga mungkin merasa bersalah karena telah begitu halus menolak cinta saya. (KLBK alias Kenangan Lama Bangkit Kembali neh. Gubrak!)heheh..Dan mungkin saat ini adalah kedua kalinya itu terjadi pada saya.

Jadi intinya, nikmati saja dulu cinta itu dengan diam-diam. Tunggu saatnya tiba. Saat di mana kita sanggup menahan beban dan siap ditelan kenyataan. Biarkan ia tumbuh subur dulu. Kalo pun kemudian harus kecewa, ya itu risiko. Tapi minimal, kita pernah mencintai seseorang yang bisa memekarkan kuncup di hati kita dan membuat kita jadi kreatif tanpa rasa bersalah sedikit pun. Lagian bukankah Bang Ebiet pernah bersenandung, �Sebab cinta bukan mesti bersatu...� Ehm, pantesan seorang kenalan saya pernah bilang ke saya waktu curhat: �Cinta pertama saya bukan dengan calon istri saya, tapi saya masih inget sampe sekarang gimana perasaan saya waktu mencintai teman saya itu. Karena itu cinta pertama, tapi ternyata nggak jadi...� Nah lho!

Itu sebabnya, banyak orang sekadar �cinta sepihak� dan memendamnya dalam hati. Karena tak berniat untuk mengungkapkannya. Tapi ternyata aman-aman saja kok. Jelas, ia tidak merasa bersalah. Baik kepada dirinya maupun kepada orang lain. Mungkin ini tipe orang yang seperti digambarkan dalam lagunya Bang Ebiet G. Ade, �Apakah Ada Bedanya�: �Cinta yang kuberi sepenuh hatiku, entah yang kuterima aku tak peduli... aku tak peduli.. aku tak peduli� (Duile.. ini bukan putus asa apalagi patah arang, tapi sekadar mengungkapkan betapa masih ada orang yang sebenarnya ingin total mencintai dan tak peduli dengan balasannya dari orang yang dicintainya. Ini persepsi saya, dan saya ambil sebagian lirik saja dalam lagu itu. Karena saya yakin Bang Ebiet punya maksud lain dengan menuliskan lagu tersebut)

Sisi Buruk Dari pacaran (Pacaran yang merugikan>

Kamu pasti apal deh lagunya Peter Pan yang sebagian isi liriknya begini nih, �Apa yg kau lakukan di belakangku/Mengapa tak kau tunjukkan di hadapanku/ Apa yang kau lakukan di belakangku/ di belakangku/ di belakangku...� Yup, lagu ini judulnya adalah �Di Belakangku�. Apal kan?

Ehm, rasa-rasanya Ariel nyanyinya berdasarkan pengalaman tuh, mungkin sama seperti pengalaman banyak teman kita yang diterjemahkan dalam bentuk lagu. Pengalaman apa? Hmm... moga-moga saja bener nih. Yup, kayaknya pengalaman diselingkuhi sama pacarnya tuh. Wah, wah, inilah satu satu sisi gelap pacaran. Emang sih, yang udah nikah juga bisa selingkuh, tapi lebih rugi dan konyol lagi masih pacaran malah udah dikadalin sama pasangannya. Belum jadi suami-istri aja udah nggak bisa dipercaya, apalagi kalo udah menyatu dalam pernikahan? Pikir-pikir lagi ye.

Oya, loss pride alias hilang harga diri juga adalah dampak dari pacaran. Kok bisa? Yah, namanya juga pacaran, masih bisa sambung-putus sesukanya. Jadi, ketika bubaran, banyak yang �ember� cerita ke yang lain. Misalnya, �Kamu pacaran sama dia? Jangan mau, dulu pernah sama aku, dia kalo tidur ngiler!� Wacks?

Nah, soal pacaran cukup sampe di sini dulu ya, karena keterbatasan halaman dan kata-kata. Heheheh.

?Cinta bisa tumbuh meski tanpa pacaran.? Yakin itu. Oke?

Setiap manusia mempunyai waktu yang sama sebanyak 24 jam dalam satu hari untuk melakukan berbagai aktifitas. Yang membedakan adalah seberapa banyak waktu itu digunakan untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT. Konsep ibadah sebagaimana kita ketahui terdiri atas ibadah kita langsung kepada Allah SWT (HABLUMMINALLAH) dan hubungan kita dengan sesama manusia (HABLUMMINANNAS). Segala aktifitas kita ketika berhubungan dengan sesama manusia tidak kalah penting nilainya manakala kita niatkan untuk beribadah kepada Allah SWT.

Makna HABLUMMINANNAS tidak terlepas dari konsep pelayanan yang ikhlas yang senantiasa harus dilatih ketika kita menghadapi customer maupun calon customer. Kita berikan perlakuan yang sama kepada semua orang tanpa membedakan latarbelakangnya, tentunya dengan keikhlasan kita bahwa apa yang kita lakukan tidak didasari apakah customer itu akan memberikan balasan atas apa yang kita berikan. Apabila masih melihat latarbelakang dan harapan akan adanya balasan yang diberikan maka sudah termasuk kedalam sifat riya. Na’udzubillahimindzali’. Keikhlasan ini haruslah didasari karena Allah SWT, bahwa segala sesuatunya mengharapkan akan ridho-Nya.

Pelayanan yang baik bukan hanya memberikan pelayanan yang sama kepada semua orang tanpa membedakan latarbelakangnya, akan tetapi pelayanan yang baik juga tetap diberikan secara terus menerus kepada orang yang pernah menjalin hubungan dengan kita. Sebagai contoh di supermarket pelayanan yang baik diberikan oleh seorang pelayan kepada calon customer ketika datang, tetapi ketika calon costomer ini memutuskan untuk tidak membeli maka pelayanan yang diberikan sudah tidak seperti ketika calon customer itu datang. Contoh seperti ini yang harus dihindari dalam memberikan pelayanan yang baik kepada customer maupun calon customer. After Self Service (purna jual) harus tetap diberikan untuk menjaga hubungan yang baik dengan semua orang, atau hubungan silaturahim dengan semua orang harus tetap dijaga.

Itulah makna daripada HABLUMMINANNAS, bahwa ketika kita berhubungan dengan sesama manusia harus dilandasi keikhlasan karena Allah SWT dan kita niatkan untuk beribadah kepada-Nya. Dengan demikian waktu yang kita pergunakan selama 24 jam, selain ibadah langsung kepada Allah, juga hubungan kita dengan sesama manusia tercatat juga sebagai amal ibadah, karena di dalam firman-Nya bahwa Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.
Semoga bermanfaat…

Seharusnya orang yang dalam keadaan sakit itu mengingat akan luasnya rahmat Allah dan berbaik sangka terhadap Tuhannya. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir ra bahwa dirinya mendengar Rasulullah SAW bersabda tiga hari sebelum meninggal: Janganlah seseorang itu meninggal kecuali dalam keadaan baik sangka kepada Allah.

Hadits itu menunjukkan diutamakannya menaruh harapan besar akan pengampunan Allah, agar seseorang itu dapat memenuhi-Nya dalam keadaan yang paling disenanginya. Karena Ia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maha Pemurah lagi Maha Dermawan, suka memberi maaf dan memenuhi harapan.

Juga menyatakan bahwa “Setiap orang akan dibangkitkan menurut keadaan ketika ia hendak menemui ajal.”

Rasulullah SAW menjenguk anak muda sedang dalam sekarat. Maka Nabi SAW bersabda: Bagaimana perasaanmu? Ujarnya: Aku menaruh harapan kepada Allah dan takut akan dosa-dosaku. Maka Rasulullah SAW bersabda: Tiadalah terhimpun kedua hal itu dalam hati seorang hamba dalam suasana seperti ini, kecuali Allah akan memberinya apa yang diharapkannya dan melindunginya dari apa yang ditakutkannya. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Imam Tirmidzi dari Anas ra.

Hikmah yang bisa diambil dari beberapa hadits tersebut, adalah segala apa yang diberikan Allah kepada manusia, pada hakikatnya merupakan sesuatu yang terbaik bagi manusia. Allah tidak akan memberikan sesuatu kejelekan kepada manusia karena Allah memiliki sifat Maha Pengasih dan Penyayang.

Dua orang laki-laki bersaudara bekerja pada sebuah pabrik kecap dan sama-sama tekun belajar Islam. Sama-sama mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin. Mereka acap kali harus berjalan kaki untuk sampai ke rumah guru pengakiannya. Jaraknya sekitar 10 km dari rumah peninggalan orangtua mereka.
Suatu ketika sang kakak berdo'a memohon rejeki untuk membeli sebuah mobil supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya, bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia miliki dikarenakan mendapatkan bonus dari perusahaan tempatnya bekerja.

Lalu sang kakak berdo'a memohon seorang istri yang sempurna, Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang gadis yang cantik serta baik akhlaknya.

Kemudian berturut-turut sang kakak berdo'a memohon kepada Allah akan sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain. Dengan itikad supaya bisa lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dan Allah selalu mengabulkan semua do'anya itu.

Sementara itu, sang adik tidak ada perubahan sama sekali, hidupnya tetap sederhana, tinggal di rumah peninggalan orangtuanya yang dulu dia tempati bersama dengan kakaknya. Namun karena kakaknya sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, maka sang adik sering kali harus berjalan kaki untuk mengaji ke rumah guru mereka.

Suatu saat sang kakak merenungkan dan membandingkan perjalanan hidupnya dengan perjalanan hidup adiknya. Dia dia teringat bahwa adiknya selalu membaca selembar kertas saat dia berdo'a, menandakan adiknya tidak pernah hafal bacaan untuk berdo'a. Lalu datanglah ia kepada adiknya untuk menasihati adiknya supaya selalu berdo'a kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, karena dia merasa adiknya masih berhati kotor sehingga do'a-do'anya tiada dikabulkan oleh Allah azza wa jalla.

Sang adik terenyuh dan merasa sangat bersyukur sekali mempunyai kakak yang begitu menyayanginya, dan dia mengucapkan terima kasih kepada kakaknya atas nasihat itu.

Suatu saat sang adik meninggal dunia, sang kakak merasa sedih karena sampai meninggalnya sang adik itu tidak ada perubahan pada nasibnya sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor hatinya sehubungan do'anya tak pernah terkabul.

Sang kakak membereskan rumah peninggalan orangtuanya sesuai dengan amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid. Tiba-tiba matanya tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa dipakai oleh adiknya yang berisi tulisan do'a, diantaranya Al-Fatihah, shalawat, do'a untuk guru mereka, do'a selamat, dan ada kalimah di akhir do'anya : "Ya, Allah. Tiada sesuatu pun yang luput dari pengetahuanMu. Ampunilah aku dan kakakku. Kabulkanlah segala do'a kakakku. Bersihkanlah hatiku dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku di dunia dan akhirat."

Sang kakak berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya, tak dinyana ternyata adiknya tak pernah sekalipun berdo'a untuk memenuhi nafsu duniawinya.

....teruntuk istriku,

warnai hari-hari menjelang kelahiran calon penerus perjuangan kita dengan berdzikir kepada-Nya ya, Semoga Allah terus bersama langkah-langkahmu...

Tragedi kehidupan tersebut bermula dari tragedi kesadaran diri yang dialami ummat manusia sebelumnya. Pertama ketika ia mencoba memahami diri sendiri dan kedua ketika ia mengenal semestanya.

1. Kesadaran diri manusia bagaikan pelita yang menyala. Cahayanya terus berkembang hingga mencapai titik optimalnya. Dan muncullah tragedi ketika ia merasa bahwa dirinya lebih terang dari semua yang lain. Itulan momen kelahiran Iblis di dalam diri manusia (kesombongan).
2. Setiap individu menyadari bahwa ia hidup bersama orang lain di dunia ini. Di samping itu ia juga menyadari bahwa fasilitas hidup yang tersedia sangat terbatas. Ketika kesadaran akan 'kelangkaan sumberdaya alam' bertemu dengan kesadaran akan 'kebersamaan hidup' di dalam diri seseorang, maka lahirlah tragedi kedua yang berupa 'sikap mementingkan diri sendiri'. Dan itulah momen kelahiran Setan di dalam diri (Keserakahan).

Dua macam tragedi tersebut telah melibat setiap insan di sepanjang zaman dan melahirkan sikap negatif terhadap kenyataan. Maka fenomena yang muncul kemudian hanya berupa bentuk-bentuk budaya yang ditegakkan atas kepentingan sepihak (ke dalam) demi menyelamatkan diri dari golongan lain yang dianggap lawan. Maka lenyaplah motif 'fastabiqul khairat' dari era 'rahmatan lil 'alamin'.

Setiap golongan ummat merasa lebih unggul dan lebih berhak menentukan segala-galanya dari golongan lain, persis sebagaimana dilukiskan oleh Al-Qur'an, Sr.Al-Baqarah: 133.

"Dan orang-orang Yahudi berkata: 'Orang-orang Nasarani itu tidak berhak atas sesuatu' (tidak punya pegangan), dan orang-orang Nasrani berkata: 'Orang-orang Yahudi itu tidak berhak atas sesuatu', padahal mereka sama-sama membaca Al-Kitab. demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui mengatakan seperti ucapan mereka. Maka Allah akan mengadili di antara mereka di hari kiamat, tentang apa yang mereka perselisihkan."

Mereka gagal menangkap kenyataan sebagaimana adanya.



Kehidupan adalah sinar terang di antara dua kegelapan sebelum dan sesudahnya. Di dalam kesempatan yang singkat itulah seseorang dapat menyadari keberadaan dirinya di antara keberadaan wujud-wujud yang lain.

Sejak itu ia dapat berperan di tengah-tengah lingkungannya. Ia mulai berupaya mengenal segala sesuatu yang dijumpainya di dalam perjalanan. Semua perolehannya di letakkan di dalam kerangka diri. Itulah sebabnya seseorang tidak dapat menjadi seperti apa yang dilihat, didengar dan diinginkannya, Setiap orang hanya akan menjadi dirinya sendiri lewat peri-laku yang diungkapkannya di dalam hidup. Wujud manusia adalah perbuatannya.

"Maha berkah Ia , yang ditangan-Nya kerajaan, dan atas segala sesuatu Ia berkuasa. Ia yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa yang lebih baik amal-perbuatannya." (Q.S.Al-Mulk: 1-2).






“Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu” (QS al maidah[5]:48)



;;