JANGAN takut bertengkar. Kalimat tadi mungkin terasa aneh. Tapi sesungguhnya tidak. Banyak ahli yang mengatakan, hubungan yang tak pernah ditandai dengan pertengkaran, justru menyatakan ketidaksehatan hubungan itu. Dengan bertengkar, orang akan jadi jujur, dan mengemukakan semua keluhannya. Dan, melalui bertengkarlah, kita mungkin lebih tahu bagaimana cara memperbaiki diri.

Jika penyair Soebagyo Sastrowardoyo masih hidup, mungkin dia akan mengubah kalimatnya, "melalui dosa kita jadi dewasa", menjadi "melalui pertengkaran kita jadi dewasa". Ini bagi sebagian orang memang tampak aneh. Padahal, pertengkaran bisa menjadi sarana bagi kedekatan hubungan sebuah pasangan.

Menurut Dr. Les Parrot dalam buku tentang perkimpoian, yang berjudul Saving Your Marriage Before It Starts, bahwa adalah suatu hal yang mustahil bagi pasangan manapun untuk menghindari diri dari pertengkaran. Kepala kita menyimpan banyak hal, dan bukan suatu kewajiban untuk selalu menyamakan apa pun dengan pasangan kita. Maka, menahan diri dengan maksud untuk menghindari dari masalah, justru sebuah permulaan yang buruk.

"Bertengkarlah, jika masalah itu memang ada. Tapi ingat, Anda harus tahu tujuan dari pertengkaran itu, dan bagaimana mengorganisasinya dengan baik," anjur Parrot.
Pertengkaran adalah bumbu perkimpoian. Keromantisan pasangan kini bukan dilihat dari seberapa banyak mereka menghindari pertengkaran, tapi sejauh apa mereka telah melewati ratusan pertengkaran dan tetap merasa bahagia. Pertengkaran justru menyehatkan, dan membuat dewasa. Tapi, Anda perlu cara mengelolanya.

Membaca pikiran pasangan.

Kesalahan yang sering terjadi pada tiap pertengkaran adalah kita selalu terjebak pada pemikiran kita sendiri. Padahal kalau saja kedua pihak mampu menajamkan pandangan pada pikiran satu sama lain, maka proses pertengkaran menjadi permainan adu pendapat yang mengasikan.

Jangan menjatuhkan.

Anda boleh mngkritik pasangan, dengan memilih kata-kata yang tepat. Bukan mencemooh, mencela dan menjatuhkan. Rasanya akan sangat berbeda. Jika Anda mengkritik dengan baik, pertengkaran justru terjadi lebih sebagai sarana tukar pikiran yang terbuka, keras, tapi tanpa kepedihan. Ini amat menyehatkan.

Pahami topik-topik yang sensitif.

Memahami topik-topok yang sensitif, yang biasanya memancing emoso pasangan Anda adalah cara terbaik. Jika pun Anda ingin membicarakannya, pilihlah cara yang tepat mengutarakannya, atau bangun suasana yang intim, hingga dia tak tersinggung. Mungkin sehabis makan malam, atau seusai bercinta. Dalam kondisi seperti itu, dan Anda bisa mengatakannya seolah bercanda, pertengkaran bisa diminimalisir, dan masalah tetap dapat dibuka, dan bungkin diselesaikan.

Selalu jujur.

Ini penting. Jika keterbukaan dan kejujuran Anda jaga, tak akan ada masalah yang menumpuk, dan ini tak akan membuat pertengkaran menjadi hebat. Ungkapkan dan cari penyelesaian masalah sekecil apa pun, secepat mungkin. Jangan menimbunnya, dan berharap Anda akan lupa. Suatu waktu, itu akan jadi bumerang.

�Maaf Akhi, bukannya saya tidak menghormati permintaan akhi. Tapi rasanya kita cukup menjalin ukhuwah saja dalam perjuangan. Saya doakan semoga akhi menemukan pasangan lain yang lebih baik dari saya.�

Amboi, bagaimana rasanya bila kalimat di atas dialami oleh para ikhwan? Bisa saja langit terasa runtuh, hati berkeping-keping. Sang pujaan hati yang kita harapkan menjadi teman setia dalam mengarungi perjalanan hidup menampik khitbah kita. Segala asa yang pernah coba ditambatkan akhirnya karam. Cinta suci sang ikhwan bertepuk sebelah tangan.

Ya drama kehidupan menuju meghligai pelaminan memang beragam. Ada yang menjalaninya dengan smooth, amat mulus, tapi ada yang berliku penuh onak duri, bahkan ada yang pupus ditengah perjalanan karena cintanya tak bertaut dalam maghligai pernikahan.

Ini bukan saja dialami oleh para ikhwan, kaum akhwat pun biasa mengalaminya. Bedanya, para ikhwan mengalami secara langsung karena posisi mereka sebagai subyek/pelaku aktif dalam proses melamar. Sehingga getirnya kegagalan cinta �seandainya memang terasa getir- langsung terasa. Sedangkan kaum akhwat perasaanya lebih aman tersembunyi karena mereka umumnya berposisi pasif, menunggu pinangan. Tapi manakala sang ikhwan yang didamba memilih berlabuh dihati yang lain kekecewaan juga merebak dihati mereka.

Mengambil sikap

Ikhwan dan akhwat rahimakumullah, siapapun berhak kecewa manakala keinginan dan cita-citanya tidak tercapai. Perasaan kecewa adalah bagian dari gharizatul baqa' (naluri mempertahankan diri) yang Allah ciptakan pada manusia. Dengannya, manusia adalah manusia bukan onggokan daging dan tulang belulang. Ia juga bukan robot yang bergerak tanpa perasaan, tapi manusia memiliki aneka emosi jiwa. Ia bisa bergembira tapi juga bisa kecewa.

Emosi negatif, seperti perasaan kecewa akibat tertolak, bukannya tanpa hikmah. Kesedihan akan memperhalus perasaan manusia, bahkan akan meningkatkan kepekaannya pada sesama. Bila dikelola dengan baik maka akan semakin matanglah emosi yang terbentuk. Tidak meledak-ledak lalu lenyap seketika. Ia akan siap untuk kesempatan berikutnya; kecewa ataupun bergembira. Jadi mengapa tidak bersyukur manakala kita ternyata bisa kecewa? Karena berarti kita adalah manusia seutuhnya.

Kegagalan meraih cinta juga bukan pertanda bencana. Tapi akan memberikan pelajaran beharga pada manusia. Seorang filusuf bernama John Charles Salak mengatakan : "Orang-orang yang gagal dibagi menjadi dua; yaitu mereka yang berfikir gagal padahal tidak pernah melakukannya, dan mereka yang melakukan kegagalan dan tak penah memikirkannya."

Karenanya kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, tapi justru awal dari segala-galanya. Meski terdengar klise tapi ada benarnya; ambillah pelajaran dari sebuah kegagalan lalu buatlah perbaikan diri. Tentu saja itu dengan tetap mengimani qadla Allah SWT.

Agar kegagalan mengkhitbah tidak menjadi petaka, maka ikhwan dan akhwat, persiapkanlah diri sebaik-baiknya, ada beberapa langkah yang bisa diambil.

Percayai qadla

Manusia tidak suka dengan penolakan. Ia ingin semua keinginannya selalu terpenuhi. Padahal ditolak adalah salah satu bagian dari kehidupan kita. Kata seorang kawan, hidup itu adakaanya tidak bisa memilih. Perkataan itu benar adanya, cobalah kita renungkan, kita lahir kedunia ini tanpa ada pilihan; terlahir sebagai seorang pria atau wanita, berkulit coklat atau putih, berbeda suku bangsa, dsb. Demikian pula rezeki dan jodoh adalah hal yang berada di luar pilihan kita. Man propose, god dispose. Kita hanya bisa menduga dan berikhtiar, tapi Allah jua yang menentukan.
�Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam rahim ibunya selama 40 hari kemudian menjadi �alaqah kemudian menjadi janin, lalu Allah mengutus malaikat dan diperintahkannya dengan empat kata dan dikatakan padanya: �tulislah amalnya, rizkinya dan ajalnya.� (HR.Bukhari)

Maka kokohkanlah keimanan saat momen itu terjadi pada kita. Yakinilah skenario Allah tengah berlangsung, dan jadilah penyimak yang baik dengan penuh sangka yang baik padaNya. Tanamkan dalam diri kita �Allah Mahatahu yang terbaik bagi hamba-hambaNya'.

Jangan biarkan kekecewaan menggerogoti keimanan kita kepadaNya. Apalagi dengan terus menanamkan prasangka buruk padaNya. Segerahlah sadar bahwa ini adalah ujian dari Allah . akankah kita menerima qadla-Nya atau merutuknya?

Dengan demikian, fragmen yang pahit dalam kehidupan InsyaAllah akan memperkuat keyakinan kita bahwa Allah sayang pada kita. Demikian sayangnya, sampai-sampai Allah tidak rela menjodohkan kita dengan si fulan yang kita sangka sebagai pelabuhan cinta kita.

Bersiap untuk cinta dan bahagia

�Seandainya ukhti menjadi istri saya, saya berjanji akan membahagiakan ukhti,�demikian ungkapan keinginan para ikhwan terhadap akhwat yang akan mereka lamar. Puluhan, mungkin ratusan angan-angan kita siapkan seandainya si dia menerima pinangan cinta kita. Kita begitu siap untuk berbahagia dan membahagiakan orang lain. Sama seperti banyak orang yang ingin menjadi kaya, tenar dan dipuja banyak orang.

Sayang, banyak diantara kita yang belum siap untuk merasa kecewa. Dan ketika impian itu berakhir kita seperti terhempas. Tidak percaya bahwa itu bisa terjadi, ada akhwat yang �berani? menolak pinangan kita. Bila kurang waras, mungkin akan keluar ucapan, �berani-beraninya...� atau �apa yang kurang dari saya.....�

Akhi dan ukhti, jangan biarkan angan-angan membuai kita dan membuat diri menjadi tulul amal, panjang angan-angan. Sadarilah semakin tinggi angan membuai kita, semakin sakit manakala tak tergapai dan terjatuh. Ambillah sikap simbang setiap saat; bersiap diri menjadi senang sekaligus kecewa. Sikap itu akan menjadi bufferl penyangga mental kita, apapun yang terjadi kelak.

Manakala kenyataan pahit yang ada di depan mata, sang akhwat menolak khitbah kita atau sang ikhwan memilih �bunga' yang lain, hati ini tidak akan tercabik. Yang akan datang adalah keikhlasan dan sikap lapang dada. Demikian pula saat ia menjatuhkan pilihannya pada kita, hati ini akan bersyukur padaNya karena doa terkabul, keinginan menjadi kenyataan.

� Menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya urusannya seluruhnya baik dan tidaklah hal itu dimiliki oleh seseorang kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat nikmat ia bersyukur maka hal itu baik baginya, dan jika menderita kesusahan ia bersabar maka hal itu lebih baik baginya.� (HR. Muslim)

Bukan Aib

Ditolak? Emang enak! Wah, mungkin demikian pikiran sebagian ikhwan. Malu, kesal dan kecewa menjadi satu. Tapi itulah bentuk �perjuangan' menuju pernikahan. Kita tidak akan pernah tahu apakah sang pujaan menerima atau menolak kita, kecuali setelah mengajukan pinangan padanya. Manakala ditolak tidak usah malu, bukan cuma kita yang pernah ditolak, banyak ikhwan yang �senasib' dan �sependeritaan'.

Saatnya berjiwa besar ketika ditolak. Tidak perlu merasa terhina. Demikian pula saat banyak orang tahu hal itu. Bukankah apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang benar?
Mengapa mesti malu.

�Kita mungkin takkan Bahagia'

Marah-marah karena lamaran tertolak? Mendoakan keburukan pada ikhwan yang tidak mencintai kita? Itu bukan sikap seorang muslim/muslimah yang baik. Tidak ada yang bisa melarang seseorang untuk jatuh cinta maupun menolak cinta. Sebagaimana kita punya hak untuk mencintai dan melamar orang, maka ada pula hak yang diberikan agama pada orang lain untuk menolak pinangan kita. Bahkan dalam kehidupan rumah tangga pun seorang suami dan istri diberikan hak oleh Allah SWT. Untuk membatalkan sebuah ikatan pernikahan.

Mengapa ada hak penolakan cinta yang diberikan Allah pada kita? Bahkan dalam pernikahan ada pintu keluar �perceraian'? jawabannya adalah sangat mungkin manusia yang jatuh cinta atau setelah membangun rumah tangga, ternyata tak kunjung memperoleh kebahagiaan ( al hanaah ) dari pasangannya, maka tiada guna mempertahankan sebuah bahtera rumah tangga bila kebahagiaan dan ketentraman tak dapat diraih. Wallahu'alam bi ash shawab

�Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.� ( Al-Baqarah[2]:229 )

Berpikir positiflah manakala cinta tak berbalas. Belum tentu kita memperoleh kebahagiaan bila hidup bersamanya. Apa yang kita pandang baik secara kasat mata, belum tentu berbuah kebaikan di kemudian hari.

Adakalanya keinginan untuk hidup bersama orang yang kita idamkan begitu menggoda. Tapi bila ternyata cinta kita bertepuk sebelah tangan, untuk apa semua kita pikirkan lagi? Allah Maha Pangatur, ia pasti akan mempertemukan kita dengan orang yang memberikan kebahagiaan seperti yang kita angankan. Bahkan mungkin lebih dari yang kita harapkan.

Be positive thinking, suatu hari kelak ketika antum telah menikah dengan orang lain �bukan dengan si dia yang antum idamkan- niscaya antum takjub dengan kebahagiaan yang antum rasakan. Percayalah banyak orang yang telah merasakan hal demikian.

�Saya tak mungkin berbahagia tanpanya'

ini adalah perangkap, ia akan memenjarakan kita terus menerus dalam kekecewaan. Perasaan ini juga menghambat kita untuk mendapatkan kesempatan berbahagia dengan orang lain. Mereka yang terus menerus mengingat orang yang pernah menolaknya, dan masih terbius dengan angan-angannya sebenarnya tengah menyiksa perasaan mereka sendiri dan menutup peluang untuk bahagia.

Mari berpikir jernih, untuk apa memikirkan orang lain yang sudah menjalani kehidupannya sendiri? Jangan biarkan orang lain membatalkan kebahagiaan kita. Diri kitalah yang bisa menciptakannya sendiri. Untuk itu tanamkan optimisme dan keyakinan terhadap qadla Allah SWT. Insya Allah, akan ada orang yang membahagiakan kita kelak.

Cinta membutuhkan waktu

�maukah ukhti menjadi istri saya? Saya tunggu jawaban ukhti dalam waktu 1 X 24 jam!� Masya Allah, cinta bukanlah martabak telor yang bisa di tunggu waktu matangnya. Ia berproses, apalagi berbicara rumah tangga, pastinya banyak pertimbangan-pertimbangan yang harus dipikirkan. Ada unsur keluarga yang harus berperan. Selain juga ada pilihan-pilihan yang mungkin bisa diambil.

Jadi harap dipahami bila kesempatan datangnya cinta itu menunggu waktu. Seorang akhwat yang akan dilamar �contoh extrim pada kasus diatas- bisa jadi tidak serta merta menjawab. Biarkanlah ia berpikir dengan jernih sampai akhirnya ia melahirkan keputusan. Jadi cara berpikir seperti di atas sebenarnya lebih cocok dimiliki anggota tim SWAT ketimbang orang yang berkhitbah.

Ideal bagus, Tapi realistik adalah sempurna

�Suami yang saya dambakan adalah yang bertanggungjawab pada keluarga, giat berdakwah dan rajin beribadah, cerdas serta pengertian, penyayang, humoris, mapan dan juga tampan.� Itu mungkin suami dambaan Anda duhai Ukhti . tapi jangan marah bila saya katakan bahwa seandainya kriteria itu adalah harga mati yang tak tertawar, maka yang ukhti butuhkan bukanlah seorang ikhwan melainkan kitab-kitab pembinaan.
Kenyataannya tidak ada satupun lelaki didunia ini yang bisa memenuhi semua keinginan kita. Ada yang mapan tapi kurang rupawan, ada yang rajin beribadah tapi kurang mapan, ada yang giat dakwah dakwah tapi selalu merasa benar sendiri, dsb.

Ini bukan berarti kita tidak boleh memiliki kriteria bagi calon suami/istri kita, lantas membuat kita mengubah prinsip menjadi �yang penting akhwat� atau �yang penting ikhwan�. Tapi realistislah, setiap menusia punya kekurangan � sekaligus kelebihan. Mereka yang menikah adalah orang-orang yang berani menerima kekurangan pasangannya, bukan orang-orang yang sempurna. Tapi berpikir realistis terhadap orang yang akan melamar kita, atau yang akan kita lamar, adalah kesempurnaan

Maka doa kita kepada Allah bukanlah,�berikanlah padaku pasangan yang sempurna� tetapi �ya Allah, karuniakanlah padaku pasangan yang baik bagi agamaku dan duniaku.�

Kekuatan Ruhiyah

Percaya diri itu harus, tapi overselfconfidence adalah kesalahan. Jangan terlalu percaya diri akhi bahwa lamaran antum diterima. Jangan juga terlalu yakin ukhti, bahwa sang pujaan akan datang ke rumah anti. Perjodohan adalah perkara gaib. Tanpa ada seorang pun yang tahu kapan dan dengan siapa kita akan berjodoh. Cinta dan berjodohan tidak mengenal status dan identifikasi fisik. Bukan karena ukhti cantik maka para ikhwan menyukai ukhti. Juga bukan karena akhi seorang hamalatud da'wah lalu setiap akhwat mendambakannya.

Kita tidak bisa mengukur kebahagiaan orang lain menurut persepsi kita. Bukankah sering kita melihat seseorang yang menurut kita �luar biasa� berjodoh dengan yang �biasa-biasa'. Seperti seringnya kita melihat pasangan yang ganteng dan cantik, populer tapi kemudian berpisah. Inilah rahasia cinta dan perjodohan, tidak bisa terukur dengan ukuran-ukuran manusia

Maka landasilah rasa percaya diri kita dengan sikap tawakal kepada Allah. Kita berserah diri kepadaNya akan keputusan yang ia berikan. Jauhilah sikap takkabur dan sombong. Karena itu semua hanya akan membuat diri kita rendah dihadapan Allah dan orang lain. Intinya saya bermaksud mengatakan �jangan ke-ge-er-an' dengan segala title dan atribut yang melekat pada diri kita.

Beri cinta kesempata (lagi)

�..........dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.� ( QS. Yusuf[12]:87 )
bersedih hati karena gagal bersanding dengan dambaan hati wajar adanya. Tapi bukan alasan untuk menyurutkan langkah berumah tangga. Dunia ini luas, demikian pula dengan orang-orang yang mencintai kita. Kegagalan cinta bukan berarti kita tidak berhak bahagia atau tidak bisa meraih kebahagiaan. Bila hari ini Allah belum mempertemukan kita dengan orang yang kita cintai, insyaAllah ia akan datang esok atau lusa, atau kapanpun ia menghendaki, itu adalah bagian dari kekuasaanNya

cinta juga berproses. Ia membutuhkan waktu. Ia bisa datang dengan cepat tak terduga atau mungkin tidak seperti yang kita harapkan. Ada orang yang dengan cepat berumah tangga, tapi ada pula yang merasakan segalanya berjalan lambat, namun tidak pernah ada kata terlambat untuk merasakan kebahagiaan dalam pernikahan. Beri kesempatan diri kita untuk kembali merasakan kehangatan cinta. � love is knocking outside the door.' Kata musisi Tesla dalam senandung love will find a way. Tidak pernah ada kata
menyerah untuk meraih kebahagiaan dalam naungan ridhoNya. Yang pokok, ikhwan atau akhwat yang kelak akan menjadi pasangan kita adalah mereka yang dirihoi agamanya.
�jika melamar kepada kalian seseorang yang kalian ridho agamanya dan akhlaknya maka nikahkanlah ia, bila kalian tidak melakukannya maka akan ada fitnah di muka bumi dan kerusakan yang nyata� (HR. Turmudzi)

� Wanita dinikahi karena satu dari tiga hal; dinikahi karena hartanya, dinikahi karena kecantikannya, dinikahi karena agamanya. Maka pilihlah yang memiliki agama dan akhlak (mulia) niscaya selamat dirimu.� (HR.Ahmad)



Pernah beli martabak dengan menu yang “biasa”? Hmm… rasanya juga kayaknya biasa-biasa aja. Beda banget dengan martabak yang spesial atau istimewa, baik penyajian maupun rasa so pasti lebih keren, lebih nikmat. Iya nggak sih? Begitupun ketika kita disuruh milih produk ponsel misalnya, kita pasti milih produk yang lebih keren ketimbang yang biasa-biasa aja. Kalo ponsel fungsinya sekadar bisa ngirim SMS or nelepon, produk ponsel dari berbagai merek terkenal sekalipun harganya bisa jauh lebih murah. Maklum, fasilitas biasa dan harga ‘dirinya’ juga biasa, gitu lho. Tapi silakan bandingkan sendiri dengan produk ponsel yang tak biasa, artinya yang luar biasa dalam arti positif: tampilannya, fiturnya, kemampuannya yang menganggumkan dibanding ponsel biasa, dan pasti harganya juga bakalan lebih mahal. Maklumlah, ponsel “sejuta umat” harganya pasti jauh di bawah ponsel jenis smartphone atau communicator Bahkan ada barang yang saking kerennya nggak bisa dijual di sembarang tempat dan jumlahnya terbatas.

Sobat muda muslim, kalo ngomongin benda biasa dan luar biasa insya Allah bisa nyambung ya. Nah, begitu pun dengan diri kita ini. Hidup kita pengen biasa-biasa aja, atau malah pengen banget menjadi luar biasa? Jawaban umumnya pasti ingin menjadi yang luar biasa, menjadi “the special one”, menjadi istimewa di hadapan siapa pun. Apakah menjadi istimewa atau spesial itu bisa dengan sendirinya? Hmm.. sayangnya nggak tuh. Tapi harus diupayakan sama diri kita sendiri. Sumpah, manusia biasa kayak kita-kita ini nggak ada yang begitu lahir punya kemampuan luar biasa. Seiring dengan perkembangan usia dan juga pendidikan, insya Allah kita akan menjadi luar biasa. Yakin saja asal kita mau belajar dan mau mengubah diri kita untuk menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari.

Boys and gals, insya Allah kita bisa menjadi luar biasa. Bukan biasa-biasa aja. Kita juga bisa mempermak diri menjadi remaja luar biasa. Tentu, itu bergantung kepada komitmen kita, tanggung jawab kita, harapan kita, cita-cita kita dan kerja keras kita. Betul, kita nggak mau kalo cuma dianggap remaja biasa. Sebab, dalam diri kita bersemayam naluri untuk mempertahankan diri, yang salah satu penampakkannya kita nggak mau dianggap rendah. Dalam pergaulan aja, kita pasti nggak mau kan kalo cuma dianggap bilangan aja dalam sebuah komunitas, tapi sekaligus kita juga ingin diperhitungkan. Yup, kita nggak sudi kalo dalam sebuah komunitas dianggap sebagai “ngajejegan” alias pelengkap bin ganjel aja. Tapi keberadaan kita dalam sebuah komunitas itu memang benar-benar diharapkan karena memiliki kelebihan dan kemampuan yang tak dimiliki oleh anggota komunitas pada umumnya.

Bro, kamu pasti bisa melakukannya. Kita semua pasti bisa mengubah diri menjadi yang terbaik. Kalo kata Pak Fauzil ‘Adhim yang penulis itu, "jika mampu menjadi yang terbaik, menjadi baik saja belum cukup". Duile keren abis dah! So, kalo kamu mampu menjadi keren, maka menjadi biasa-biasa aja apalagi cupu (culun punya) nggak asyik banget. Sumpah tujuh turunan dan tujuh tanjakan! (backsound: capek dong jalannya? Hehehe.. iya apalagi jalannya berbatu dan terjal! Uppss.. apa hubungannya?)


Kita bukan hewan

Halah, pasti kita semua tahu dan sadar dong kalo diri kita adalah manusia, dan tentunya bukan hewan. Betul, kita semua paham bahwa dilihat dari sisi biologis, kita adalah manusia. Tapi, kalo soal pikiran dan perasaan, nggak otomatis juga kok. Banyak di antara kita ternyata malah mirip-mirip dengan pikiran dan perasaan hewan. Mau contoh? Singa kalo mau makan suka berebut nggak dengan singa lainnya? Kalo kamu perhatiin dalam acara Animal Planet sih emang gitu deh. Main cakar dan saling gigit lawan masing-masing untuk dapetin makanan incerannya. Manusia, kalo nggak belajar norma dan aturan, kayaknya gitu juga deh. Banyak banget kasus gara-gara rebutan penumpang, sopir angkutan umum berantem, malah pake ngeluarin senjata tajam segala. Ujungnya, yang satu masuk bui, yang satu masuk kubur. Rugi semuanya kan?

Oya, kita juga paham bahwa antara manusia dan hewan sama-sama memiliki otak. Tapi perbedaannya, hewan nggak dibekali akal, sementara kita diberikan karunia besar oleh Allah Swt. berupa kemampuan berpikir. Buktinya, dalam peradaban hewan nggak dikenal kemajuan teknologi, nggak ada juga yang sampe sekarang gajah bisa bikin rumah sendiri, atau sesama gajah saling bantu untuk bikin kandang, nggak ada juga gajah yang jualan bahan bangunan. Hehehehe... Ya, karena kemampuannya yang “segitu-gitunya” itu gajah nggak memiliki kemampuan untuk berpikir. Maka, ‘peradaban’ gajah nggak berkembang, dari dulu sampe sekarang dan masa yang akan datang gajah hanya makan makanan yang “itu-itu” juga. Kalo manusia? Hmm.. mungkin yang mau makan gajah juga ada. Manusia bisa mengolah bahan makanan seperti singkong aja bisa menjadi produk combro, peuyeum alias tape, colenak, keripik dan sebagainya. Iya nggak sih? Tapi gajah? Belum ada ceritanya ada combro buatan gajah. Kalao combro yang diinjek gajah bisa jadi ada.

Sobat, di dunia hewan nggak dikenal ajang audisi macam Dangdut Mania, Super Mama, Mamamia, KDI, Indonesian Idol dan lainnya seperti halnya dalam dunia kita, manusia. Di dunia hewan persaingan mendapat harta dan ketenaran, kayaknya nggak ada seperti dalam kehidupan manusia. Maka, hewan manapun tak ada yang mencoba bikin ajang seperti yang disebutin di atas.

‘Peradaban’ hewan nggak mengenal adanya ajang buka aurat, karena emang nggak punya aturan (maksudnya, mau buka aurat atau nggak yang emang nggak ada aturannya yang dihasilkan oleh hewan itu sendiri). Nah, adanya aturan itu bagi manusia justru lahir dari kemampuan berpikir manusia dan kemampuan memahami pesan dari aturan-aturan yang dibuatkan untuk dirinya. Itu sebabnya, dengan segala perbedaan antara manusia dan hewan, jelas banget konsekuensi hidup dan tanggung jawab hidup antara manusia dan hewan juga beda banget. Bener lho.

Allah Swt. tidak mengatur hewan betina yang sudah baligh (backsound: cara ngukur hewan itu baligh atau belum gimana ya?..heheheh) kalo keluar kandang harus menutup aurat, pake jilbab dan pake kerudung (khimar). Nggak ada pula aturan bahwa sapi jantan harus melakukan ghadul bashar alias menundukkan pandangan ketika melihat sapi betina lewat di depannya. hehehe. Kedua aturan itu hanya untuk manusia. Yup, manusia. Karena manusia dibekali kemampuan berpikir. Tapi, sedih banget karena sekarang banyak manusia yang melanggar aturan. Kamu bisa lihat sendiri, wanita yang udah baligh pas keluar rumah malah membuka auratnya, atau sengaja memamerkannya kepada khlayak ramai tanpa ingat dosa sekaligus lupa bahwa dirinya sebagai manusia punya kemampuan memahami aturan bagi kehidupannya. Hmm… menyedihkan banget. Benar-benar tragedi kemanusiaan yang terbesar dan terberat. Padahal, Allah Swt. sudah mewanti-wanti manusia dengan firmanNya:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS al-A’raaf [7]: 179)

Waduh, kita yang nggak mau nurut sama aturan yang dibuatkan oleh Allah Swt. untuk kita kayaknya siap-siap dicap mirip binatang ternak kelakuannya. Iya, maksudnya adalah karena kita udah diberikan kemampuan untuk berpikir, sementara hewan nggak, tapi kelakuan kita malah beda tipis atau malah sama dengan hewan. Iya kan?

Menjadi luar biasa dengan takwa

Okelah, kalo disamain dengan hewan kayaknya banyak yang nggak mau meski faktanya ternyata mendekati ‘sempurna’ dengan hewan dalam soal perilaku. Sekarang kita ngomongin sesama kita sendiri. Meski manusia diciptakan dari bahan yang sama, yakni dari sel sperma dan sel telur, tapi hasil akhirnya nggak ada yang sama. Para begundal macam Mussolini, Hitler, dan Vladimir Lenin sekalipun, diciptakan dari tetes air hina. Sama dengan para ulama dan orang baik-baik lainnya diciptakan dari bahan tersebut oleh Allah Swt. Tapi kehidupan di dunia yang memolesnya menjadi berbeda. Dan, semua itu memang ada konsekuensinya atas segala yang menjadi pilihan hidup mereka

Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS as-Sajdah [32]: 7-9)

Menjadi manusia biasa, dalam arti bahwa kita nggak mau berkembang menjadi lebih baik, tentunya sangat menyedihkan sekali. Kita banyaknya tuh “panasan” hati manakala temen kita punya ponsel baru, punya pakaian baru atau harta dan kesenangan dunia lainnya. Buru-buru deh untuk meredam panasnya hari akibat iri itu kita beli ponsel atau harta dan kesenangan sejenis, bila perlu yang lebih baik dari teman saingan kita itu. Tapi sungguh sangat disayangkan, untuk masalah ibadah kok jarang banget yang “panasan” hatinya ya? Lihat temennya yang pake kerudung dan jilbab, hatinya nggak panas, malah biasa-biasa saja. Nggak ngiri, gitu lho. Lihat temennya aktif di masjid dan ngurus remaja masjid, hatinya sedikitpun nggak ‘terbakar’ untuk melakukan hal yang sama. Aneh ya? Ya, bener-bener heran.

Bro, padahal dengan rajinnya kita ibadah kepadaNya dan menjadi takwa itulah yanga akan membuat diri kita spesial dan bukan manusia biasa di hadapan Allah Swt. langsung, bukan cuma di hadapan manusia. Sebab, ketakwaanlah yang menjadi ukuran biasa dan bukan biasa. Allah Swt. berfirman:
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.” (QS al-Hujuraat [49]: 13)

Subhanallah, masa’ sih kita nggak mau jadi orang yang istimewa nan mulia, apalagi di hadapan Allah Swt.? Kebangetan kalo sampe kita ogah dapat sebutan orang-orang yang bertakwa. Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Barangsiapa belajar al-Quran maka ia akan agung di pandangan manusia. Barangsiapa yang belajar hadis akan kuat hujjahnya. Barang siapa yang belajar nahwu maka dia akan dicari. Barang siapa yang belajar bahasa Arab akan lembut tabiatnya. Barang siapa yang belajar ilmu hitung akan banyak fikirannya. Barang siapa belajar fiqih akan tinggi kedudukannya. Barang siapa yang tidak mampu menahan dirinya maka tidak bermanfaat ilmunya dan inti dari itu semua adalah takwa.” (pernyataan senada ada dalam kitab Kalam Hikmah Imam Syafi’i karya Shalih Ahmad asy-Syami)

Boyz and galz, kita harus bangga lho menjadi remaja yang bertakwa, karena ketakwaan kita kepada Allah akan membuat kita mulia di hadapanNya dan tentu bukan remaja biasa. Maklumlah menjadi takwa itu berat, harus belajar, harus menahan diri dari perbuatan dosa, harus taat kepada aturan Allah Swt. meskipun aturanNya membuat kita berat melakukannya. Intinya sih, yuk kita benahi diri kita dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Cara mudahnya adalah belajar. Belajar memahami Islam dengan benar dan baik. Buletin gaulislam insya Allah mau kok membantu kamu. Yuk, kita amalkan Islam secara utuh, yakni sebagai akidah dan syariat. Meski berat dan merasa terpaksa tapi kita harus tetap taat demi meraih derajat orang-orang yang bertakwa dan menjadi remaja luar biasa takwanya. Bukan lagi remaja biasa.

So, pada akhirnya kalo boleh memilih sih, “Lebih baik masuk surga secara terpaksa, daripada masuk neraka dengan kesadaran penuh”. Tul nggak sih?

Hidup tanpa cinta rasanya memang garing banget. Pokoknya bete deh. Sangat boleh jadi kehidupan ini dipenuhi oleh mereka-mereka yang berhati batu. Kejam, bengis, dan sejenisnya. Ibarat hidup di jaman Wild Wild West. Kill or be killed. Sadis!
Cinta, bisa tumbuh dan berkembang dalam sebuah kehidupan. Coba kamu perhatiin, ortu kita sayang banget kan sama kita? Kalo nggak sayang mah, kayaknya waktu kita bayi udah dibuang kali tuh. Heheh.. Tapi, alhamdulillah, ortu kita termasuk orang yang mampu memberikan cintanya kepada kita. Harapannya, agar kita bisa tumbuh, juga dengan memiliki rasa cinta.

Sobat muda muslim, cinta tumbuh di setiap makhluk yang bernyawa. Seperti sebuah lagu lawas berirama melayu yang syairnya kayak begini, �Rasa cinta pasti ada, pada makhluk yang bernyawa..../perasaan insan sama, ingin cinta dan dicinta..�
Yup, emang nggak ada tema yang abadi untuk dibahas selain masalah cinta. Tengok aja mulai dari lagu, puisi, prosa, sampai film didominasi masalah cinta. Wajar karena cinta adalah perasaan yang universal. Dimana-mana, di seluruh dunia, orang membutuhkan dan menginginkan cinta. Cinta ada pada orang tua yang cinta pada anak-anaknya, anak-anak yang cinta pada orang tuanya, adik dan kakak yang saling menyayangi seperti dalam film Children of Heaven, dan ehm, tentu saja cinta dirasakan oleh sepasang pria dan wanita.

Pendek kata dengan cinta kita bisa memberikan kesegaran dalam hidup seseorang. Kalo kamu ngasih uang seribu perak kepada mereka yang membutuhkan, itu artinya kamu telah menolong. Kalo bukan dengan rasa cinta, kayaknya nggak bakalan deh kamu tersentuh dengan penderitaannya. Itu sebabnya orang suka bilang bahwa cinta biasanya berbanding lurus dengan pengorbanan. Selalu seiring deh. Hehehe

Dengan cinta pula, kamu biasanya peduli dengan orang lain. Tegur sapa dengan sesama kita, boleh jadi adalah hal kecil untuk menumbuhkan semangat kebersamaan. Tentunya dalam ikatan cinta di antara kita sebagai manusia. Kita yakin kok, semua manusia itu butuh cinta dan dicintai. Itu sebabnya, peduli adalah salah satu cara untuk menumbuhkan rasa cinta. Masing-masing dari kita dalam pergaulan sehari-hari, ogah banget kalo cuma dianggap sebagai bilangan, tapi kita kepengen juga diperhitungkan. Tul nggak?

Tentang kepedulian dan cinta ini, kita bisa meneladani Abdullah bin Amir. Dengan harga sembilan puluh ribu dirham, beliau membeli rumah milik Khalid bin �Uqbah yang berada di dekat pasar. Pada malam harinya, Abdullah mendengar suara tangis keluarga Khalid. Ia pun bertanya, kepada salah satu pelayan rumahnya, �Mengapa mereka menangis?�
�Mereka menangis karena mereka harus meninggalkan rumah yang telah tuan beli siang tadi,�
jawab si pelayan.
Mendengar penjelasan itu, Abdullah bin Amir berkata, �Pelayan, katakan kepada mereka bahwa uang harga rumah yang telah mereka terima beserta rumah itu menjadi milik mereka semua.�

Subhanallah, Abdullah bin Amir bin Kuraiz tersebut, yang merupakan salah satu dermawan kota Baghdad telah memberikan teladan kepada kita, betapa rasa peduli dengan nasib sesama membuatnya rela mengeluarkan hartanya. Sikap yang amat jarang bisa kita temukan saat ini. Kepengen juga kayak beliau. Heheheh..

Memiliki cinta? Berbahagialah!

Bang Doel Soembang pernah nyanyi begini, �Cinta itu anugerah, maka berbahagialah. Sebab kita sengsara, bila tak punya cinta�. Nggak mengada-ngada tentunya. Cinta memang penuh makna. Dan bisa memberikan kesenangan kepada yang mendapatkannya. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkomentar tentang cinta, �Cinta itu bisa mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, mendorong untuk berpakaian yang rapi, makan yang baik-baik, memelihara akhlak yang mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shalih dan cobaan bagi ahli ibadah.� Memang benar tuh..Dan sangat benar..Hehehe

Sobat muda muslim, jangan salah bahwa cinta bisa berarti sangat luas. Nggak sebatas hubungan antara pria dan wanita saja. Seperti yang udah dijelaskan di awal tulisan ini. Cinta, bisa berarti hubungan antara anak dan ortu yang full kasih sayang. Bisa juga berarti saling mencintai dan menyayangi dengan teman, bisa juga saling menumbuhkan rasa cinta di antara saudara, dan lain sebagainya. Pokoknya luas deh, termasuk cinta kita kepada harta, jabatan, tempat tinggal, kendaaraan, dan yang utama cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Rasulullah saw. bahkan memberikan teladan bagus kepada kita bagaimana mencintai orang lain dengan tidak pandang bulu. Siapa pun ia, Rasulullah memberikan perhatian, kepedulian, dan tentu cintanya. Ada kisah menarik yang bisa kita simak. Diriwayatkan Abu Hurairah (Nailul Awthar, 4: 90): �Ada seorang perempuan hitam yang pekerjaannya menyapu masjid. Pada suatu hari, Nabi saw. tidak menemukan perempuan itu. Nabi saw. menanyakan ihwalnya. Para sahabat mengatakan bahwa ia telah mati. Ketika Nabi menegur mereka kenapa tidak diberitahu, para sahabat mengatakan bahwa perempuan itu hanya orang kecil saja. Kata Nabi saw., �Tunjukkan aku kuburannya.� Di atas kuburan itu Nabi melakukan shalat untuknya.�

Subhanallahu, sungguh mulia sekali Nabi kita. Ia memberikan teladan yang amat bagus bagi hidup kita. Dalam kesehariannya, Rasul sangat menghormati para sahabatnya. Ambil contoh, suatu hari Abdullah al-Banjaliy tidak kebagian tempat duduk saat menghadiri majlis Rasulullah. Mengetahui hal itu, Rasul lalu mencopot gamisnya dan mempersilakan sahabatnya itu untuk duduk. Tapi Abdullah al-Banjaliy tidak mendudukinya, malah mencium baju Rasulullah dengan air mata yang berlinang, �Ya Rasulullah, semoga Allah memuliakanmu, sebagaimana Anda telah memuliakanku,� komentar Abdullah.
Hmm.. kira-kita kita begitu nggak sama teman kita? Kadang, di antara kita suka ada yang merasa sok sibuk mikirin ummat, sampe-sampe lupa untuk sekadar menyapa kepada teman kita, �Apa kabar?� Padahal, hal �sepele� itu bisa menumbuhkan kecintaan juga lho. Bener. Jangan dikira kagak ada efeknya. Pengaruhnya besar lho. Sebab, kepedulian akan menumbuhkan rasa cinta, dan itu bisa menjadi jalan bagi seseorang untuk bisa menikmati hidup dengan tenang dalam sebuah kebersamaan yang penuh kasih sayang. Nggak percaya? Cobalah kamu lakukan. Siapa tahu kepedulian kamu akan bisa membuat temanmu merasa bahagia. Ditanggung antimanyun deh. Heheheh...Suer.
Itu semua karena cinta sodara-sodara. Sungguh, berbahagialah orang yang memiliki cinta dan memberikannya kepada orang lain. Bahkan bila perlu korbankan segala yang kita miliki dan cintai. Sekali lagi, berbahagialah mereka yang memiliki cinta.
Prioritas cinta kita...

Adakalanya kita sulit menentukan pilihan, bahkan sekadar membuat urutan prioritas sekali pun. Bener, kita kadang bingung kalo disodorkan berbagai pilihan yang kudu diambil salah satu. Apalagi semua pilihan itu memikat. Rasanya sayang kalo sampe nggak diambil. Tapi, dalam kondisi tertentu kita dituntut untuk bisa menentukan prioritas cinta kita. Untuk apa dan kepada siapa. Siap kan?

Dari semua cinta yang kita miliki, pastikan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menempati daftar utama dalam kehidupan kita. Yang lainnya; cinta harta, kendaraan, jabatan, status sosial, tempat tinggal, perusahaan, barang dagangan, bahkan cinta kita kepada keluarga, dan suami atau istri (bagi yang udah punya he..he..) harus rela untuk �dikesampingkan�. Allah Swt. berfirman:� �Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.� (at-Taubah [9]: 24)

Untuk masalah ini, Rasulullah pantas dan layak menjadi teladan kita. Maka jangan heran jika Aisyah ra. bercerita tentang Rasulullah saw. setelah didesak oleh Abdullah bin Umar. Apa yang diceritakan Ummul Mukminin?

Beliau menceritakan sepotong kisah bersama Rasulullah saw. (Tafsir Ibnu Katsir, I: 1441): �Pada suatu malam, ketika dia tidur bersamaku dan kulitnya sudah bersentuhan dengan kulitku, dia berkata, �Ya, Aisyah, izinkan aku beribadah kepada Rabbku.� Aku berkata, �Aku sesungguhnya senang merapat denganmu, tetapi aku senang melihatmu beribadah kepada Rabbmu.�Dia bangkit mengambil gharaba air, lalu berwudhu. Ketika berdiri shalat, kudengar dia terisak-isak menangis. Kemudian dia duduk membaca al-Quran, juga sambil menangis sehingga air matanya membasahi janggutnya, ketika dia berbaring, air matanya mengalir lewat pipinya mambasahi bumi di bawahnya. Pada waktu fajar, Bilal datang dan masih melihat Nabi saw. menangis,�Mengapa Anda menangis, padahal Allah ampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang kemudian?� tanya Bilal. �Bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur. Aku menangis karena malam tadi turun ayat Ali Imran 190-191. Celakalah orang yang membaca ayat ini dan tidak memikirkannya.�

Cinta tak pernah bosan untuk diobrolkan. Urusan cinta pun tak pupus oleh waktu, ia senantiasa hadir dalam kehidupan kita. Asyik untuk dibahas, tak lelah untuk menuliskannya, dan getol untuk mendiskusikannya. Karena cinta memiliki keunikan dan sekaligus �keajaiban�.

Uniknya cinta bisa dilihat dan dirasakan dari berbagai sisi. Paling nggak neh, cerita tentang cinta yang berakhir bahagia sama nikmatnya dengan mendengar kisah duka karena cinta. Selain unik, cinta memang �ajaib�. Bisa mengobati rasa rindu, mampu melicinkan perasaan, dan juga menumbuhkan kreativitas yang tak pernah ada habisnya.

Nah, bicara tentang cinta, ada satu fenomena yang menarik dan perlu mendapat perhatian dari kita semua. Sepertinya sebagian besar dari kita selalu merasa �gatal� bahwa jika cinta tak diekspresikan dengan aktivitas mencintai, akan berakhir dengan kegelisahan. Itu sebabnya, jangan heran jika akhirnya banyak yang kabur dalam memaknai cinta. Banyak yang gelap mata, dan nggak sedikit yang miskin ilmu. Dikiranya mengekspresikan cinta, ternyata malah menggeber nafsu. Padahal, cinta tak sama dengan aktivitas mencintai. Tak berbanding lurus pula. Tapi kenapa harus dipaksakan untuk disamakan?

Guys , sejatinya cinta tetap bisa tumbuh dan terpelihara meski tak diekspresikan dengan aktivitas mencintai. Itu sebabnya pula, cinta tetap ada meski tanpa diwujudkan dengan pacaran. Karena cinta memang beda dengan pacaran. Buktinya banyak orang jatuh cinta, dan nggak sedikit yang memendamnya. Mereka cukup merasakan cinta di dalam hatinya. Entah karena tak kuasa mengatakannya kepada orang yang dicintainya, atau memang sengaja ingin memelihara dan merawatnya sampai pada suatu saat di mana kuncup itu menjadi mekar dan berbunga di taman hatinya (duilee...).

Dua alasan tadi tak perlu dipertentangkan. Karena yang terpenting adalah bahwa tanpa diekspresikan dalam aktivitas saling mencintai pun cinta tetap akan tumbuh di hati. Kenyataan ini pula yang mengukuhkan bahwa cinta tidak selalu sama dan tak sebangun dengan aktivitas mencintai. Jelas, ini mematahkan mitos selama ini yang meyakini bahwa jika jatuh cinta harus diwujudkan dengan aktivitas mencintai bernama pacaran. Ya, namanya juga mitos, bukan fakta, Bro . Lihat aja, mereka yang masih melajang sampe tua, bukan berarti tak memiliki rasa cinta. Mereka pasti memiliki cinta kok. Cuma karena cinta tak mesti dieskspresikan dengan aktivitas mencintai seperti pacaran atau juga pernikahan, ya tak membuatnya sakit tuh. Cuma mungkin gelisah aja karena nggak bisa berbagi cinta dengan seseorang yang bisa menyambut cintanya. Tapi tak membuatnya sakit.

Namun meski demikian, bukan berarti cinta tak boleh diekspresikan sama sekali dalam aktivitas mencintai. Nggak juga. Ini sekadar ngasih gambaran bahwa kita jangan keburu menyimpulkan bahwa pacaran adalah jalan pintas untuk mengekspresikan cinta. Nah, kalo pun harus diekspresikan dengan aktivitas saling mencintai, tentunya hanya wajib di jalan yang benar sesuai syariat. Tul nggak? Yup, hanya melalui ikatan pernikahanlah cinta kita bisa dan halal diekspresikan dengan kekasih kita. Begitu lho. Mohon dicatat dan diingat ya. Makasih. Hehehehe

Jatuh cinta nggak dilarang

Sobat muda muslim, jatuh cinta itu nggak dilarang kok.Hehehe Lagian, siapa yang bisa melarang orang lain untuk tidak jatuh cinta. Nggak bakalan bisa. Namun, jangan pula kemudian nganggep bahwa mentang-mentang jatuh cinta nggak dilarang, lalu mengekspresikannya dengan pacaran jadi sah-sah aja. Ah, kalo itu sih udah tulalit atuh. Beda euy , antara cinta dan aktivitas mengekspresikan cinta, Bro . Oke?

Oya, boleh tuh jatuh cinta meski nggak perlu orang yang kita cintai itu mencintai kita juga. Artinya, cinta tak selalu harus saling bersambut. Jadi, kalo kita jatuh cinta kepada seseorang, tak perlu orang tersebut juga mencintai kita. Namun, seringkali kita nggak siap untuk menerima �penolakan� dari orang yang kita cintai. Sakit. Bahkan bisa sakit banget kalo orang yang nolak dekat dengan kita. Kita setengah mati mencintainya, eh, dia malah setengah hidup menolaknya. Itu kan kagak nyetel namanya. Siapa yang gondok? Tentu saja dua-duanya. Lho kok? Iya. Pertama, orang yang mencintai merasa bertepuk sebelah tangan, dan tentunya kecewa begitu tahu rasa cintanya tak berbalas. Kedua, orang yang menolak juga kecewa, karena kok bisa-bisanya dicintai oleh orang yang tak dicintainya. (Wacks, jangan nyindir dong!)Hehehe

Jadi, kalo udah jatuh cinta, nikmati saja tanpa harus diekspresikan dengan pacaran. Caranya gimana? Ehm, ketika kita jatuh cinta, jangan keburu geer dan tergesa untuk ungkapkan cinta. Itu bisa berbahaya bagi yang belum bisa menerima beban kecewa. Emang sih perasaan cinta itu nggak bisa ditahan-tahan. Nggak bisa dihalangi dengan kekuatan apa saja. Bahkan adakalanya nggak bisa digeser-geser en dipindah-pindah ke lain hati (emangnya pot bunga, digeser-geser?). Maka jangan heran kalo kita ingin rasanya buru-buru menuntaskan rindu kita kepada seseorang yang membuat kita nggak nyenyak tidur siang-malam. Kita ingin agar perasaan kita benar-benar saling berbalas. Kita ingin jadikan ia sebagai dermaga tempat cinta kita berlabuh. Sampai tanpa sadar bahwa kita dikendalikan oleh cinta, bukan kita yang mengendalikannya.

Tapi saran saya, jangan keburu �geer� deh kalo tiba-tiba kamu punya rasa cinta kepada lawan jenis. Kenapa? Karena kalo kamu belum kuat menahan bebannya, bisa blunder. Kamu bisa sakit hati. Bayangin aja ketika kamu terlalu �geer� alias gede rasa, kamu nekatz menembak teman gadismu. Kita bisa dan siap ngincer lalu nembak lawan jenis kita. Tapi, seringkali di usia sepantaran kamu yang masih ABG dan �pensiunan� ABG sering nggak siap menerima kenyataan, gitu lho.Bener Ga??

Kok bisa? Hmm.. mungkin karena kurang pengalaman kali ye (atau bisa juga nggak pede), jadinya pas ditolak, teroris bertindak (idih, serem banget). Iya, saya pernah baca di koran bahwa ada seorang remaja laki yang cintanya ditolak gadis pujaannya, dan langsung bertindak dengan mengerahkan teman-temannya untuk meneror si gadis dan pacar pilihannya hingga ada korban jiwa. (hmm.. itu sih namanya cinta berbuah tahlilan!)

Jadi intinya, boleh saja jatuh cinta. Nggak ada yang larang kok kalo kamu jatuh hati. Wajar aja lagi. Tapi, mbok ya jangan keburu geer gitu lho, hingga menafsirkan kalo cinta harus diwujudkan dengan bersatunya dua hati, lalu tergesa ungkapkan cinta. Padahal, seringkali di antara kita yang masih bau kencur ini nggak siap dengan kenyataan. Dalam bayangannya, cinta itu harus bersatu, cinta itu harus saling memiliki, itu sebabnya mau tidak mau cinta itu harus berbalas. Padahal, banyak kasus berakhir dengan kecewa. Itu karena kita ngotot cinta sama si dia, sementara si dia juga ngotot nolak kita. Walah, itu namanya percintaan sepihak. Jadi, jangan cepet geer ya!

Sekarang saya mau tanya, memang kalo kamu suka sama seorang seleb, kamu cinta sama seorang seleb, dan kamu sayang sama dia, kudu juga berbalas? Nggak juga kok menurut saya. Kenapa? Begini, kamu yang cewek cinta nggak sama Nicholas Saputra? Senang banget kan kalo kebetulan ketemu dan diajak makan bareng? Wuih... tapi sejauh ini, pernah nggak melamunkan supaya dia jadi kekasihmu? Mungkin sebagian dengan pede dan gagah berani menganggukkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan ini, tapi sangat boleh jadi yang lain malah menjawab: Mimpi kali yeee! (ini tergantung bargaining position -nya sih)

Pendam saja dulu rasa itu

Waktu sekolah, saya juga punya rasa cinta kepada seorang gadis teman beda sekolah, saya sering main ke rumahnya, tapi karena saya tak berani mengungkapkannya, saya cukup jadikan ia sebagai �objek� kreativitas saya dalam puisi dan cerpen. Selama tiga tahun saya cuma memendamnya dalam hati rasa cinta kepada gadis beda sekolah itu. Saya hanya bisa cerita kepada teman saya dan si dia sendiri nggak pernah tahu kalo sedang �dicintai� sama saya. Ajaib memang. Di sini saya merasa mencintai tanpa bersalah dan enjoy aja lagi.Hehehe. Saya bisa menikmatinya dan menerjemahkannya dalam puisi. Ya, saya merasa bahagia saja dalam mencintai meski dia sama sekali nggak tahu.

Tapi.. setelah saya mulai nekatz mengungkapkan cinta, barulah muncul masalah. Salah satunya ya rasa bersalah di antara kami. Ternyata eh ternyata ia sama sekali tak mencintai saya, dan menganggap sekadar teman biasa. Rasanya langit bagai runtuh menimpa saya (kerena sudah terlanjur mencintai sepenuh hati. Kandas deh!). Ya, saya merasa bersalah karena saya begitu besar mencintai dia (padahal dulu asyik-asyik aja tuh saat belum diungkapkan perasaan cinta itu). Dia juga mungkin merasa bersalah karena telah begitu halus menolak cinta saya. (KLBK alias Kenangan Lama Bangkit Kembali neh. Gubrak!)heheh..Dan mungkin saat ini adalah kedua kalinya itu terjadi pada saya.

Jadi intinya, nikmati saja dulu cinta itu dengan diam-diam. Tunggu saatnya tiba. Saat di mana kita sanggup menahan beban dan siap ditelan kenyataan. Biarkan ia tumbuh subur dulu. Kalo pun kemudian harus kecewa, ya itu risiko. Tapi minimal, kita pernah mencintai seseorang yang bisa memekarkan kuncup di hati kita dan membuat kita jadi kreatif tanpa rasa bersalah sedikit pun. Lagian bukankah Bang Ebiet pernah bersenandung, �Sebab cinta bukan mesti bersatu...� Ehm, pantesan seorang kenalan saya pernah bilang ke saya waktu curhat: �Cinta pertama saya bukan dengan calon istri saya, tapi saya masih inget sampe sekarang gimana perasaan saya waktu mencintai teman saya itu. Karena itu cinta pertama, tapi ternyata nggak jadi...� Nah lho!

Itu sebabnya, banyak orang sekadar �cinta sepihak� dan memendamnya dalam hati. Karena tak berniat untuk mengungkapkannya. Tapi ternyata aman-aman saja kok. Jelas, ia tidak merasa bersalah. Baik kepada dirinya maupun kepada orang lain. Mungkin ini tipe orang yang seperti digambarkan dalam lagunya Bang Ebiet G. Ade, �Apakah Ada Bedanya�: �Cinta yang kuberi sepenuh hatiku, entah yang kuterima aku tak peduli... aku tak peduli.. aku tak peduli� (Duile.. ini bukan putus asa apalagi patah arang, tapi sekadar mengungkapkan betapa masih ada orang yang sebenarnya ingin total mencintai dan tak peduli dengan balasannya dari orang yang dicintainya. Ini persepsi saya, dan saya ambil sebagian lirik saja dalam lagu itu. Karena saya yakin Bang Ebiet punya maksud lain dengan menuliskan lagu tersebut)

Sisi Buruk Dari pacaran (Pacaran yang merugikan>

Kamu pasti apal deh lagunya Peter Pan yang sebagian isi liriknya begini nih, �Apa yg kau lakukan di belakangku/Mengapa tak kau tunjukkan di hadapanku/ Apa yang kau lakukan di belakangku/ di belakangku/ di belakangku...� Yup, lagu ini judulnya adalah �Di Belakangku�. Apal kan?

Ehm, rasa-rasanya Ariel nyanyinya berdasarkan pengalaman tuh, mungkin sama seperti pengalaman banyak teman kita yang diterjemahkan dalam bentuk lagu. Pengalaman apa? Hmm... moga-moga saja bener nih. Yup, kayaknya pengalaman diselingkuhi sama pacarnya tuh. Wah, wah, inilah satu satu sisi gelap pacaran. Emang sih, yang udah nikah juga bisa selingkuh, tapi lebih rugi dan konyol lagi masih pacaran malah udah dikadalin sama pasangannya. Belum jadi suami-istri aja udah nggak bisa dipercaya, apalagi kalo udah menyatu dalam pernikahan? Pikir-pikir lagi ye.

Oya, loss pride alias hilang harga diri juga adalah dampak dari pacaran. Kok bisa? Yah, namanya juga pacaran, masih bisa sambung-putus sesukanya. Jadi, ketika bubaran, banyak yang �ember� cerita ke yang lain. Misalnya, �Kamu pacaran sama dia? Jangan mau, dulu pernah sama aku, dia kalo tidur ngiler!� Wacks?

Nah, soal pacaran cukup sampe di sini dulu ya, karena keterbatasan halaman dan kata-kata. Heheheh.

?Cinta bisa tumbuh meski tanpa pacaran.? Yakin itu. Oke?

Setiap manusia mempunyai waktu yang sama sebanyak 24 jam dalam satu hari untuk melakukan berbagai aktifitas. Yang membedakan adalah seberapa banyak waktu itu digunakan untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT. Konsep ibadah sebagaimana kita ketahui terdiri atas ibadah kita langsung kepada Allah SWT (HABLUMMINALLAH) dan hubungan kita dengan sesama manusia (HABLUMMINANNAS). Segala aktifitas kita ketika berhubungan dengan sesama manusia tidak kalah penting nilainya manakala kita niatkan untuk beribadah kepada Allah SWT.

Makna HABLUMMINANNAS tidak terlepas dari konsep pelayanan yang ikhlas yang senantiasa harus dilatih ketika kita menghadapi customer maupun calon customer. Kita berikan perlakuan yang sama kepada semua orang tanpa membedakan latarbelakangnya, tentunya dengan keikhlasan kita bahwa apa yang kita lakukan tidak didasari apakah customer itu akan memberikan balasan atas apa yang kita berikan. Apabila masih melihat latarbelakang dan harapan akan adanya balasan yang diberikan maka sudah termasuk kedalam sifat riya. Na’udzubillahimindzali’. Keikhlasan ini haruslah didasari karena Allah SWT, bahwa segala sesuatunya mengharapkan akan ridho-Nya.

Pelayanan yang baik bukan hanya memberikan pelayanan yang sama kepada semua orang tanpa membedakan latarbelakangnya, akan tetapi pelayanan yang baik juga tetap diberikan secara terus menerus kepada orang yang pernah menjalin hubungan dengan kita. Sebagai contoh di supermarket pelayanan yang baik diberikan oleh seorang pelayan kepada calon customer ketika datang, tetapi ketika calon costomer ini memutuskan untuk tidak membeli maka pelayanan yang diberikan sudah tidak seperti ketika calon customer itu datang. Contoh seperti ini yang harus dihindari dalam memberikan pelayanan yang baik kepada customer maupun calon customer. After Self Service (purna jual) harus tetap diberikan untuk menjaga hubungan yang baik dengan semua orang, atau hubungan silaturahim dengan semua orang harus tetap dijaga.

Itulah makna daripada HABLUMMINANNAS, bahwa ketika kita berhubungan dengan sesama manusia harus dilandasi keikhlasan karena Allah SWT dan kita niatkan untuk beribadah kepada-Nya. Dengan demikian waktu yang kita pergunakan selama 24 jam, selain ibadah langsung kepada Allah, juga hubungan kita dengan sesama manusia tercatat juga sebagai amal ibadah, karena di dalam firman-Nya bahwa Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.
Semoga bermanfaat…

Seharusnya orang yang dalam keadaan sakit itu mengingat akan luasnya rahmat Allah dan berbaik sangka terhadap Tuhannya. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir ra bahwa dirinya mendengar Rasulullah SAW bersabda tiga hari sebelum meninggal: Janganlah seseorang itu meninggal kecuali dalam keadaan baik sangka kepada Allah.

Hadits itu menunjukkan diutamakannya menaruh harapan besar akan pengampunan Allah, agar seseorang itu dapat memenuhi-Nya dalam keadaan yang paling disenanginya. Karena Ia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Maha Pemurah lagi Maha Dermawan, suka memberi maaf dan memenuhi harapan.

Juga menyatakan bahwa “Setiap orang akan dibangkitkan menurut keadaan ketika ia hendak menemui ajal.”

Rasulullah SAW menjenguk anak muda sedang dalam sekarat. Maka Nabi SAW bersabda: Bagaimana perasaanmu? Ujarnya: Aku menaruh harapan kepada Allah dan takut akan dosa-dosaku. Maka Rasulullah SAW bersabda: Tiadalah terhimpun kedua hal itu dalam hati seorang hamba dalam suasana seperti ini, kecuali Allah akan memberinya apa yang diharapkannya dan melindunginya dari apa yang ditakutkannya. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Imam Tirmidzi dari Anas ra.

Hikmah yang bisa diambil dari beberapa hadits tersebut, adalah segala apa yang diberikan Allah kepada manusia, pada hakikatnya merupakan sesuatu yang terbaik bagi manusia. Allah tidak akan memberikan sesuatu kejelekan kepada manusia karena Allah memiliki sifat Maha Pengasih dan Penyayang.

Dua orang laki-laki bersaudara bekerja pada sebuah pabrik kecap dan sama-sama tekun belajar Islam. Sama-sama mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin. Mereka acap kali harus berjalan kaki untuk sampai ke rumah guru pengakiannya. Jaraknya sekitar 10 km dari rumah peninggalan orangtua mereka.
Suatu ketika sang kakak berdo'a memohon rejeki untuk membeli sebuah mobil supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya, bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia miliki dikarenakan mendapatkan bonus dari perusahaan tempatnya bekerja.

Lalu sang kakak berdo'a memohon seorang istri yang sempurna, Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang gadis yang cantik serta baik akhlaknya.

Kemudian berturut-turut sang kakak berdo'a memohon kepada Allah akan sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain. Dengan itikad supaya bisa lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dan Allah selalu mengabulkan semua do'anya itu.

Sementara itu, sang adik tidak ada perubahan sama sekali, hidupnya tetap sederhana, tinggal di rumah peninggalan orangtuanya yang dulu dia tempati bersama dengan kakaknya. Namun karena kakaknya sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, maka sang adik sering kali harus berjalan kaki untuk mengaji ke rumah guru mereka.

Suatu saat sang kakak merenungkan dan membandingkan perjalanan hidupnya dengan perjalanan hidup adiknya. Dia dia teringat bahwa adiknya selalu membaca selembar kertas saat dia berdo'a, menandakan adiknya tidak pernah hafal bacaan untuk berdo'a. Lalu datanglah ia kepada adiknya untuk menasihati adiknya supaya selalu berdo'a kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, karena dia merasa adiknya masih berhati kotor sehingga do'a-do'anya tiada dikabulkan oleh Allah azza wa jalla.

Sang adik terenyuh dan merasa sangat bersyukur sekali mempunyai kakak yang begitu menyayanginya, dan dia mengucapkan terima kasih kepada kakaknya atas nasihat itu.

Suatu saat sang adik meninggal dunia, sang kakak merasa sedih karena sampai meninggalnya sang adik itu tidak ada perubahan pada nasibnya sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor hatinya sehubungan do'anya tak pernah terkabul.

Sang kakak membereskan rumah peninggalan orangtuanya sesuai dengan amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid. Tiba-tiba matanya tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa dipakai oleh adiknya yang berisi tulisan do'a, diantaranya Al-Fatihah, shalawat, do'a untuk guru mereka, do'a selamat, dan ada kalimah di akhir do'anya : "Ya, Allah. Tiada sesuatu pun yang luput dari pengetahuanMu. Ampunilah aku dan kakakku. Kabulkanlah segala do'a kakakku. Bersihkanlah hatiku dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku di dunia dan akhirat."

Sang kakak berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya, tak dinyana ternyata adiknya tak pernah sekalipun berdo'a untuk memenuhi nafsu duniawinya.

....teruntuk istriku,

warnai hari-hari menjelang kelahiran calon penerus perjuangan kita dengan berdzikir kepada-Nya ya, Semoga Allah terus bersama langkah-langkahmu...

Tragedi kehidupan tersebut bermula dari tragedi kesadaran diri yang dialami ummat manusia sebelumnya. Pertama ketika ia mencoba memahami diri sendiri dan kedua ketika ia mengenal semestanya.

1. Kesadaran diri manusia bagaikan pelita yang menyala. Cahayanya terus berkembang hingga mencapai titik optimalnya. Dan muncullah tragedi ketika ia merasa bahwa dirinya lebih terang dari semua yang lain. Itulan momen kelahiran Iblis di dalam diri manusia (kesombongan).
2. Setiap individu menyadari bahwa ia hidup bersama orang lain di dunia ini. Di samping itu ia juga menyadari bahwa fasilitas hidup yang tersedia sangat terbatas. Ketika kesadaran akan 'kelangkaan sumberdaya alam' bertemu dengan kesadaran akan 'kebersamaan hidup' di dalam diri seseorang, maka lahirlah tragedi kedua yang berupa 'sikap mementingkan diri sendiri'. Dan itulah momen kelahiran Setan di dalam diri (Keserakahan).

Dua macam tragedi tersebut telah melibat setiap insan di sepanjang zaman dan melahirkan sikap negatif terhadap kenyataan. Maka fenomena yang muncul kemudian hanya berupa bentuk-bentuk budaya yang ditegakkan atas kepentingan sepihak (ke dalam) demi menyelamatkan diri dari golongan lain yang dianggap lawan. Maka lenyaplah motif 'fastabiqul khairat' dari era 'rahmatan lil 'alamin'.

Setiap golongan ummat merasa lebih unggul dan lebih berhak menentukan segala-galanya dari golongan lain, persis sebagaimana dilukiskan oleh Al-Qur'an, Sr.Al-Baqarah: 133.

"Dan orang-orang Yahudi berkata: 'Orang-orang Nasarani itu tidak berhak atas sesuatu' (tidak punya pegangan), dan orang-orang Nasrani berkata: 'Orang-orang Yahudi itu tidak berhak atas sesuatu', padahal mereka sama-sama membaca Al-Kitab. demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui mengatakan seperti ucapan mereka. Maka Allah akan mengadili di antara mereka di hari kiamat, tentang apa yang mereka perselisihkan."

Mereka gagal menangkap kenyataan sebagaimana adanya.



Kehidupan adalah sinar terang di antara dua kegelapan sebelum dan sesudahnya. Di dalam kesempatan yang singkat itulah seseorang dapat menyadari keberadaan dirinya di antara keberadaan wujud-wujud yang lain.

Sejak itu ia dapat berperan di tengah-tengah lingkungannya. Ia mulai berupaya mengenal segala sesuatu yang dijumpainya di dalam perjalanan. Semua perolehannya di letakkan di dalam kerangka diri. Itulah sebabnya seseorang tidak dapat menjadi seperti apa yang dilihat, didengar dan diinginkannya, Setiap orang hanya akan menjadi dirinya sendiri lewat peri-laku yang diungkapkannya di dalam hidup. Wujud manusia adalah perbuatannya.

"Maha berkah Ia , yang ditangan-Nya kerajaan, dan atas segala sesuatu Ia berkuasa. Ia yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa yang lebih baik amal-perbuatannya." (Q.S.Al-Mulk: 1-2).






“Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu” (QS al maidah[5]:48)



Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita menerima gelaran solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah SWT.

Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat iaitu :
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
2. Taat kepada suami

Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut :

1. Taat kepada Allah dan RasulNya

Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah s.w.t. ?
- Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya.
- Wajib menutup aurat
- Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah
- Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada mahram bersamanya
- Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa
- Berbuat baik kepada ibu & bapa
- Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
- Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
- Bersikap baik terhadap tetangga

2. Taat kepada suami

- Memelihara kewajipan terhadap suami
- Sentiasa menyenangkan suami
- Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah
- Tidak bermasam muka di hadapan suami
- Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
- Tidak keluar tanpa izin suami
- Tidak meninggikan suara melebihi suara suami
- Tidak membantah suaminya dalam kebenaran
- Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya
- Sentiasa memelihara diri, kebersihan & kecantikannya serta rumah tangga

FAKTOR YANG MERENDAHKAN MARTABAT WANITA

Sebenarnya puncak rendahnya martabat wanita adalah dari faktor dalaman. Bukanlah faktor luaran atau yang berbentuk material sebagaimana yang digembar-gemburkan oleh para pejuang hak-hak palsu wanita.

Faktor-faktor tersebut ialah:

1) Lupa mengingat Allah

Kerana terlalu sibuk dengan tugas dan kegiatan luar atau memelihara anak-anak, maka tidak hairanlah jika banyak wanita yang tidak menyedari bahawa dirinya telah lalai dari mengingat Allah. Dan saat kelalaian ini pada hakikatnya merupakan saat yang paling berbahaya bagi diri mereka, di mana syaitan akan mengarahkan hawa nafsu agar memainkan peranannya.

Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-Jathiah, ayat 23: ertinya:

” Maka sudahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya. Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya.”

Sabda Rasulullah s.a.w.: ertinya:
“Tidak sempurna iman seseorang dari kamu, sehingga dia merasa cenderung kepada apa yang telah aku sampaikan.” (Riwayat Tarmizi)

Mengingati Allah s.w.t. bukan saja dengan berzikir, tetapi termasuklah menghadiri majlis-majlis ilmu.

2) Mudah tertipu dengan keindahan dunia.

Keindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak wanita ke perangkapnya. Bukan itu saja, malahan syaitan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik kaum lelaki agar sama-sama bergelumang dengan dosa dan noda. Tidak sedikit yang sanggup durhaka kepada Allah s.w.t. hanya kerana kenikmatan dunia yang terlalu sedikit.

Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-An’am: ertinya:

” Dan tidaklah penghidupan dunia ini melainkan permainan dan kelalaian dan sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, oleh kerana itu tidakkah kamu berfikir.”

3) Mudah terpedaya dengan syahwat.

4) Lemah iman.

5) Bersikap suka menunjuk-nunjuk.


Dunia adalah perhiasan, perhiasan dunia yang terbaik adalah Wanita yang solehah.

Tangan kita, yang dapat digunakan untuk melakukan
kegiatan sehari-hari seperti mengaduk secangkir teh, membuka halaman
surat kabar, atau menulis, telah dirancang sedemikian sempurna.
Ciri
terpenting tangan adalah kemamuannya bekerja sebaik-baiknya dalam
beragam kegiatan. Dengan dilengkapi otot dan saraf yang sangat banyak,
lengan membantu tangan kita memegang benda dengan erat atau longgar
sesuai dengan keadaannya. Misalnya, tangan manusia yang terkepal dapat
memukul dengan pukulan seberat 45 kg. Sebaliknya, melalui ibu jari dan
jari telunjuk, tangan kita juga dapat merasakan sehelai kertas
berketebalan sepersepuluh milimeter.

Jelas,
kedua tindakan ini sangat berbeda sifatnya. Yang satu memerlukan
kepekaan, sedang yang lain memerlukan kekuatan besar. Namun, kita tak
perlu sedetik pun memikirkan apa yang perlu kita lakukan saat kita akan
mengambil sehelai kertas dengan kedua jari atau memukul dengan kepalan.
Kita pun tak perlu memikirkan cara menyesuaikan kekuatan tangan kita
bagi kedua tindakan ini. Kita tak pernah berkata, "Sekarang saya hendak
memungut sehelai kertas. Saya akan menerapkan kekuatan sebesar 500 g.
Sekarang saya akan mengangkat seember air. Saya akan menerapkan
kekuatan sebesar 40 kg." Kita tidak pernah repot-repot memikirkannya.


Alasannya adalah tangan manusia dirancang untuk
melakukan semua tindakan ini secara bersamaan. Tangan diciptakan
sekaligus dengan keseluruhan fungsi dan keseluruhan rancangan
terkaitnya.
Semua
jari tangan memiliki panjang, letak, dan kesesuaian yang pas satu sama
lain. Contohnya, kekuatan kepalan yang dibentuk tangan dengan ibu jari
normal itu lebih besar daripada kekuatan kepalan yang dibentuk tangan
dengan ibu jari pendek. Ini karena, dengan panjang yang sesuai, ibu
jari dapat menutupi jari-jari lainnya dan membantu menambah kekuatan
dengan mendukung jari-jari yang lain

Ada
banyak seluk-beluk terperinci pada rancangan tangan: misalnya, tangan
memiliki bagian-bagian pembentuk yang lebih kecil di samping otot dan
saraf. Kuku pada ujung jari bukanlah hiasan sepele yang tidak memiliki
kegunaan. Ketika memungut jarum dari lantai, kita menggunakan kuku
maupun jari. Permukaan kasar pada ujung jari dan kuku membantu kita
memungut benda kecil. Kuku memiliki peranan sangat penting dalam
mengatur tekanan amat lemah yang dikerahkan jari pada benda yang
dipegangnya. Keistimewaan khusus tangan lainnya adalah tangan tidak
pernah kelelahan.
Dunia kedokteran dan ilmu pengetahuan bersusah-payah
berusaha membuat tangan tiruan. Sejauh ini, tangan-tangan robot yang
dihasilkan memiliki kekuatan yang sama dengan tangan manusia, tetapi
tidak memiliki kepekaan sentuhan, kesempurnaan daya gerak, dan
kemampuan melakukan beragam pekerjaan.
Banyak
pakar setuju kita tidak bisa membuat tangan robot yang memiliki fungsi
tangan lengkap. Insinyur Hans J. Schneebeli yang merancang tangan
robot, yang dikenal sebagai "Tangan Karlsruhe", menyatakan bahwa
semakin lama dia membuat tangan robot, semakin dia mengagumi tangan
manusia. Dia menambahkan bahwa masih perlu waktu lama sampai kita dapat
membuat tangan robot yang mampu melakukan sejumlah kecil saja pekerjaan
yang dapat dilakukan tangan manusia.

Biasanya,
tangan manusia bekerja bersama-sama dengan mata. Sinyal yang sampai ke
mata diteruskan ke otak dan tangan bergerak menurut perintah yang
diberikan otak. Tentu saja, ini berlangsung dalam waktu sangat singkat
dan tidak diperlukan usaha khusus untuk melakukannya. Di lain pihak,
tangan robot tidak dapat bergantung pada penglihatan dan sentuhan.
Untuk setiap gerakan diperlukan perintah yang berbeda-beda. Selain itu,
tangan robot tidak mampu melakukan bermacam fungsi. Contohnya, tangan
robot untuk bermain piano tidak dapat memegang palu, dan tangan robot
untuk memegang palu tidak dapat memegang telur tanpa memecahkannya.
Beberapa tangan robot yang terakhir dibuat hanya mampu melakukan 2-3
gerakan bersamaan, tetapi ini masih sangat sederhana jika dibandingkan
dengan kemampuan tangan manusia. Ketika Anda memikirkan kedua tangan
yang bekerjasama secara selaras, kesempurnaan tangan ini akan lebih
gamblang lagi.

Allah merancang tangan
sebagai alat tubuh khusus bagi manusia. Dengan segala bagiannya, tangan
manusia memperlihatkan kesempurnaan dan keunikan mahakarya ciptaan
Allah.


Oleh : Hazrat Inayat Khan


Cinta tak pernah tergoda oleh harta dan derajat. Shirin, puteri seorang miskin tetapi kaya akan idealisme, diculik dan dibawa kepada Raja Faras, yang seketika tergila-gila kepadanya, dan memberi hadiah besar kepada orang yang membawanya. Namun raja itu sangat kecewa karena Shirin tidak menanggapi cintanya; idealisme gadis itu terlalu tinggi untuk dapat dibujuk dengan kekayaan dan kebesaran Raja. Raja melakukan semua hal untuk menyenangkannya dan agar mau menikah dengannya, tetapi setiap upaya berakibat sebaliknya.
Ketika Shirin melihat bahwa tak ada harapan untuk lepas dari istana yang baginya hanyalah sebuah sangkar, dan kenekadan raja dan pembantu-pembantunya telah sangat menipiskan kesabarannya, ia terpaksa menerima tawaran mereka, tetapi dengan satu syarat, yaitu sebuah kanal harus dibuat sebagai monumen memorial atas peristiwa itu. Tentu saja ini merupakan siasat untuk membatalkan pernikahan, karena pembuatan kanal itu memerlukan waktu bertahun-tahun.

Raja begitu tergila-gila oleh kecantikannya hingga ia lalai dalam menangkap isyarat halus itu, dan seketika memberi perintah kepada para arsitek dan insinyur untuk mulai bekerja secepatnya, dan menyelesaikannya sesegera mungkin, tidak peduli berapa biaya dan tenaga yang diperlukan. Ribuan pekerja segera terlibat dalam proyek itu, dan pekerjaan berlangsung siang-malam tanpa henti, di bawah pengawasan langsung raja itu sendiri dan pelayan-pelayannya.

Makin dekat ke penyelesaian pekerjaan, makin besar harapan sang raja, dan dengan gembira ia minta kepada Shirin untuk pergi melihat kanal itu. Dengan hati sedih, Shirin pergi ke kanal, khawatir kalau-kalau pekerjaan itu segera selesai dan ia harus menyerah kepada kehendak Raja, suatu hal yang dinilainya lebih buruk daripada kematian. Ketika berjalan melihat proses pekerjaan di mana ribuan orang bekerja siang dan malam, ia sangat terkejut melihat seorang pekerja dating kepadanya; karena terpesona oleh kecantikannya, tanpa takut ia berseru, "Hai Shirin, aku cinta padamu." "Cinta mengabaikan perbedaan derajat antara pecinta dan kekasihnya, dan mengabaikan ketinggian yang harus didaki seorang pecinta." Suara cinta dan perkataan kebaktian seperti itulah yang dicari-cari oleh Shirin, dan belum dijumpainya sebelumnya. Shirin menjawab, "Kalau engkau mencintaiku, pecahlah gunung ini dan buatlah terowongan menembus gunung ini. Emas perlu diuji sebelum diterima." Farhad langsung berkata, "Dengan senang hati akan kulakukan, Shirin, apapun yang engkau kehendaki. Tak ada sesuatu yang terlalu berat bagi seorang pecinta untuk melakukan sesuatu demi kekasihnya." Farhad berjalan dengan sepenuh hati, tanpa bertanya mengapa ia harus membuat terowongan, tidak berpikir seberapa banyakpekerjaan yang harus dilakukan. Ia tidak berpikir berapa lama akan selesai, tidak pula berpikir bahwa pekerjaannya akan sia-sia. Ia pergi ke gunung dan mulai memecah batu dengan kampaknya. Ia menyebut-nyebut nama Shirin setiap kali ia mengayunkan kampaknya. Setiap ayunan tangan Farhad mengukir sebuah mukjizat. Setiap ayunan, hasilnya seperti hasil kerja seratus ayunan kampak. "Daya manusia adalah kekuatan tubuhnya, tetapi daya cinta adalah keperkasaan Allah.": Tak perlu waktu lama bagi Farhad untuk menyelesaikan
pekerjaannya, pekerjaan yang normalnya memerlukan waktu bertahun-tahun dan ribuan pekerja, diselesaikannya dalam beberapa hari seorang diri.

Shirin menolak Raja sejak ia melihat Farhad, dan berkata, "Ada pecinta lain yang sedang menjalani ujian, dan sebelum aku tahu hasil ujian itu, sebaiknya kita tidak menikah dulu." Mata-mata Raja mengawasi Farhad dari kejauhan, dan mereka segera mengirim berita bahwa Farhad telah menyelesaikan pekerjaannya sebelum kanal selesai dibuat. Raja begitu gusar, berpikir bahwa Farhad mungkin akan mendapatkan cinta Shirin, dan dengan demikian Shirin bukan menjadi miliknya lagi. Setelah berunding, seorang penasihatnya berkata, "Yang Mulia, anda adalah raja, dan Farhad hanya seorang pekerja. Mana bisa langit dibandingkan dengan bumi? Aku akan pergi ke sana, dan bila Yang Mulia menghendaki, aku akan mengakhiri Fathad dalam sekejap." "Oh, jangan. Shirin akan melihat noda darah padaku, dan ini akan membuatnya menjauhiku selamanya." Seorang pembantu raja berkata, "Itu tidak sulit bagiku, Yang Mulia, mengakhiri hidup Farhad tak perlu dengan meneteskan darah." "Baiklah, kalau begitu," kata Raja.

Pelayan raja itu pergi kepada Farhad, yang hampir menyelesaikan pekerjaannya dengan bayangan Shirin yang memberi harapan. "Kebahagiaan seorang pecinta terletak di dalam kebahagiaan kekasihnya." Pelayan raja berkata, "Hai Farhad, sayang, semuanya sia-sia! Hai pesaing bulan, kekasihmu Shirin telah meninggal secara tiba-tiba." Farhad berkata dalam kepanikan, "Apa? Shirinku meninggal?" "Ya," kata pelayan itu, "Hai Farhad, sayang sekali Shirin telah tiada." Farhad mengeluh dalam, dan jatuh ke tanah. "Shirin..." itulah perkataannya yang terakhir, dan ia berlalu dari kehidupan ini.

Shirin mendengar dari orang-orang yang bersimpati kepadanya bahwa Farhad telah melakukan keajaiban dengan membuat terowongan dalam gunung sambil menyebut 'Shirin' dalam setiap ayunan kampaknya, dan telah menyelesaikan pekerjaan yang normalnya perlu waktu yang sangat lama, dalam waktu singkat. Shirin, yang hatinya telah tertambat pada Farhad, dan yang melalui jiwanya cinta Farhad terkoyak, tak memiliki lagi sisa kesabaran barang sedetik, maka ia berangkat ke gunung pada kesempatan pertama. "Dua daya yang lebih tinggi memisahkan dua hati yang bersatu." Shirin, yang bernasib baik dapat memiliki pecinta seperti Farhad, tak bernasib cukup baik untuk dapat melihatnya kembali.
Ketika Shirin menemukan jasad Farhad tergeletak di dekat karya mengagumkan yang baru saja diselesaikan baginya, ia merasa sangat tertekan dan kecewa. Mata-mata Raja datang mendekat untuk meyakinkan Shirin bahwa Farhad telah mati, berharap bahwa karena kini Farhad telah tiada, Shirin akan berketetapan hati pada Raja. Mereka berkata, "Farhad yang malang. Sayang, ia telah mati." Shirin mendengar dari tiupan angin, dari aliran air, dari batu-batu, dari pohon-pohon, suara Farhad memanggil, "Shirin, Shirin." Seluruh suasana di tempat itu menarik jiwa Shirin dengan magnetisme cinta yang diciptakan Farhad di sekelilingnya. Ia jatuh ke tanah, terpukul dan merasa sangat kehilangan hingga hatinya tak tahan lagi, berseru, "Farhad, aku datang untuk bisa bersamamu." Takdir seorang pecinta adalah kekecewaan besar di mata dunia, tetapi ia merupakan kepuasan tertinggi di mata orang-orang bijak.

Orang-orang yang bersifat menyerasikan, mencintai satu sama lain. Mungkin sifat-sifat tubuh-lah yang menyerasikan kualitas mental, kualitas jiwa. Daya tarik fisik hanya berumur pendek, daya tarik emosional berumur agak lama, dan daya tarik spiritual bertahan selamanya.

Cinta yang hanya sedikit diucapkan dapat menyalakan hati lain, cinta yang lebih banyak diucapkan akan menghantuinya, tetapi bila terlalu banyak diucapkan akan menjauhkan obyek cinta.

Hubungan menghasilkan teman, meskipun tak ada hubungan atau persahabatan duniawi yang abadi. Dengan berkumpul, duduk bersama, makan bersama, menghirup udara yang sama, hati akan mendekat. Dua batubara yang menyala, bila didekatkan akan membuat satu api. Api itu menyatukan keduanya. Bila dua tangan bergandengan, suatu arus listrik mengalir dari satu tangan ke tangan yang lain. Inilah alasan orang berjabat tangan, agar api kedua orang bertemu. Karena itu orang berkecenderungan untuk bertepuk tangan, melipat tangan dan menyilangkan kaki ketika duduk atau berbaring, karena memberi mereka kenyamanan. Inilah yang menyebabkan adanya kemiripan yang ada pada orang-orang dalam satu bangsa atau suatu ras.

Cinta cenderung menghasilkan kualitas, bahkan kemiripan, antara pecinta dan yang dicintai. Seringkali kita melihat sahabat, suami-isteri, sepasang kekasih, mursyid dan murid, pada saatnya menjadi mirip. Potret berbagai Syekh pada aliran Chistiyah semuanya seolah-olah mereka itu dibuat dalam cetakan yang sama. Seseorang yang pergi jauh dari negerinya dan hidup lama di negeri lain, menjadi akrab dengan negara itu, menyukainya, dan kadang-kadang tak ingin pulang ke negerinya sendiri, disebabkan oleh cinta yang terbentuk oleh pergaulan.

Pertemuan itu menyulut cinta, dan perpisahan membuyarkan cinta. Makin jauh obyek cinta dari jangkauan pecintanya, makin lebar bentangan yang ada bagi perluasan cinta. Karena itu cinta terhadap obyek yang tak dapat diperoleh memiliki kemungkinan untuk berkembang, sedangkan bila obyek cinta berada dalam jangkauan hal ini sering membatasi cinta. Bila perpisahan berlangsung pendek, cinta akan bertambah, tetapi bila terlalu lama, cinta itu mati. Bila pertemuan hanya sebentar, cinta akan tersulut, tetapi sulit untuk mempertahankan apinya. Bila pertemuan berlangsung lama, cinta tak banyak terpengaruh, tetapi berakar hingga tumbuh, berkembang dan berlangsung lama. Dalam ketidakhadiran kekasih, harapan merupakan minyak yang membuat api
cinta menyala. Pertemuan dan perpisahan pada gilirannya akan membuat api cinta menggelora. Terlalu lama bertemu akan mengecilkan api cinta, dan terlalu lama berpisah akan mematikan api karena kehabisan minyak.

Kita mungkin tinggal setahun di sebuah kota, dan mungkin kita mengenal dan menyukai orangorang di sana, dan mereka pun sangat menyukai kita, hingga cinta bertambah dan kita berpikir, "Andai kita dapat terus tinggal di sana!" Ketika kita pergi, selalu terasa berat untuk berpisah dari mereka. Kemudian kita pergi, kawan-kawan kita menulis surat dan kita menjawabnya, mula-mula tiap hari, kemudian tiap minggu, kemudian tiap bulan, dan frekuensinya terus berkurang hingga hanya tiap Hari Raya saja, karena kita tumbuh terpisah dan hanya sedikit urusan dengan mereka dan lebih banyak berurusan dengan orang-orang yang kini berada di sekeliling kita. Bila kita kembali ke tempat yang sama setelah lima atau enam tahun, mula-mula kita merasakan bahwa iklimnya asing bagi kita, jalan-jalan dan rumah-rumah tampak asing, dan tak ada lagi kehangatan yang dulu ada. Bila kita bodoh, kita akan menyalahkan kawan-kawan. Bila kita tahu, kita pun akan menyalahkan diri sendiri. Kebersamaan-lah yang meningkatkan cinta dan perpisahan-lah yang mengikis cinta, demikian pula dengan keterikatan kita pada tempat-tempat.


Oleh :Oleh Hazrat Inayat Khan


Dalam perjalanan menuju manifestasi, jiwa melewati empat keadaan, 'Ilm, 'Ishq, Wujud, Shuhud. 'Ilm adalah keadaan awal dari kesadaran, kecerdasan murni. 'Ishq adalah cinta, tahap kecerdasan berikutnya menuju manifestasi; karena itu kecerdasan dan cinta sama unsurnya. Benda-benda seperti batu dan tumbuh-tumbuhan, tak memiliki kecerdasan, sehingga tak memiliki cinta, kecuali suatu persepsi kecil tentang cinta yang ada di dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan. Tetapi di antara hewan dan burung-burung, kecerdasan berkembang, sehingga cinta di dalam diri mereka dapatmenunjukkan diri. Wujud adalah dunia obyektif, yang diciptakan untuk dicintai, karena cinta tak dapat diwujudkan bila tak ada sesuatu yang dicintai. Shuhud adalah realisasi pengalaman cinta dalam aspek apapun.
Kata cinta, dalam bahasa Inggris 'love', dalam bahasa Sanskrit 'Lobh', berarti keinginan, hasrat. Cinta adalah hasrat untuk menyadari sesuatu yang dicintai. Karena itu, Shuhud, realisasi cinta, merupakan satu-satunya tujuan setiap jiwa. Cinta, dalam berbagai aspeknya, dikenal pula dengan sebutan: kehendak, keinginan, hasrat, kebaikan, suka, dan lain-lain. Di dalam cinta terdapat segala pengetahuan. Cinta manusia dan ketertarikannya kepada sesuatu, pada saatnya akan membuat sesuatu itu mengungkapkan rahasianya, sehingga manusia dapat mengetahui bagaimana cara mengembangkan, mengendalikan, dan memanfaatkannya. Tak seorang pun dapat mengetahui seseorang, sebesar apapun keinginannya untuk tahu, kecuali dengan cinta, karena tanpa cinta, mata ruhani buta; hanya mata luar yang terbuka, dan mata luar hanyalah semacam kaca mata bagi mata ruhani. Bila pandangan tidak tajam, apa manfaat kaca mata? Karena itulah kita mengagumi semua yang kita cintai, dan kita buta terhadap kebaikan orang yang tidak kita cintai. Bukan karena mereka berhak kita abaikan, tetapi tanpa cinta, mata kita tak dapat melihat kebaikan mereka. Seseorang atau sesuatu yang kita cintai mungkin mempunyai keburukan pula, tetapi karena cinta melihat keindahan, kita hanya melihat kebaikan itu. Kecerdasan sendiri dalam langkah selanjutnya menuju manifestasi adalah cinta. Ketika cahaya cinta telah dinyalakan, hati menjadi transparan, hingga kecerdasan jiwa dapat melihat melaluinya.

Namun sebelum hati dinyalakan dengan api cinta, kecerdasan, yang senantiasa berupaya untuk mengalami hidup di permukaan, meraba-raba dalam kegelapan. Seluruh alam semesta diciptakan untuk cinta. Manusia adalah yang paling mampu melakukannya. Bila kita memiliki batu di dalam rumah dan kita sangat menyukainya, batu itu tidak akan menyadari cinta kita sejauh yang disadari oleh tumbuh-tumbuhan. Bila kita memiliki sebuah tanaman dan kita memeliharanya dengan rasa sayang, ia akan bereaksi dan akan tumbuh. Hewan dapat merasakan kasih sayang. Bila kita memelihara hewan di rumah, mereka akan lebih banyak merasakan cinta dan perhatian! Hewan piaraan pada waktunya akan menjadi pengasih seperti anggota keluarga. Anjing Nabi Yusuf telah memberi makan kepada tuannya ketika beliau berada di dalam sumur sampai beliau ditemukan oleh orang yang berjalan melalui tempat itu. Dikisahkan, kuda seorang Arab yang tewas di medan perang tetap menungguinya selama tiga hari, menjaga mayatnya dari burung pemakan bangkai, sampai ia ditemukan kawannya. Tetapi manusia, yang memiliki kecerdasan terbanyak, memiliki cinta terbanyak secara alamiah.

Semua ini menunjukkan bahwa ciptaan telah berevolusi dari mineral ke tumbuh-tumbuhan, dari tumbuh-tumbuhan menjadi kehidupan hewan, dan dari hewan ke manusia, berupa perkembangan cinta secara bertahap. Para Sufi berkata bahwa alasan penciptaan adalah karena Yang Mahasempurna ingin mengetahui diri-Nya, dan melakukannya dengan membangkitkan cinta dari sifat-Nya dan membuatnya menjadi obyek cinta, yang merupakan keindahan. Dengan makna ini, para darwis saling menghormati satu sama lain dengan berkata, "Ishq Allah, Ma'bud Allah" -- 'Allah adalah cinta dan Allah adalah
[kekasih] yang dicintai.' Seorang penyair Hindustan berkata, "Hasrat untuk melihat kekasih membawaku ke dunia, dan hasrat yang sama untuk melihat kekasih membawaku ke surga."

Karena cinta merupakan sumber ciptaan dan pemelihara nyata dari semua keberadaan, maka, bila manusia tahu bagaimana cara memberikannya kepada dunia di sekelilingnya sebagai simpati, sebagai kebaikan, pelayanan, ia memberi kepada semuanya makanan kepada setiap jiwa yang lapar. Jika orang mengetahui rahasia hidup ini ia akan menguasai dunia dengan pasti.

Cinta selalu dapat dikenal di dalam gagasan, ucapan, dan perbuatan orang yang mencintai, karena setiap ekspresinya terdapat kehangatan yang muncul sebagai keindahan, kelembutan, dan kehalusan. Hati yang terbakar oleh api cinta cenderung untuk melelehkan setiap hati yang dijumpainya. Cinta menghasilkan pesona pada pecinta sehingga sementara ia mencintai seseorang, semua mencintai pecinta itu. Magnetisme cinta dijelaskan oleh seorang penyair Hindustan: "Mengapa tidak semua hati dilelehkan menjadi tetesan-tetesan oleh api yang dipelihara hatiku sepanjang hidupku? Karena sepanjang hidup aku meneteskan air mata derita karena cinta, pecinta berkunjung ke kuburku penuh dengan air mata." Untuk mengajarkan cinta, Nabi Isa berkata, "Aku
akan membuatmu menjadi pemancing manusia." Jalaluddin Rumi berkata: "Setiap orang tertarik kepadaku, untuk menjadi sahabatku, tapi tak seorang pun tahu apa di dalam hatiku yang menariknya."
Cinta itu alami dalam setiap jiwa. Semua pekerjaan dalam hidup, penting atau tak penting, dalam suatu cara cenderung ke arah cinta; karena itu tak seorang pun di dunia yang dapat disebut sepenuhnya tanpa cinta. Cinta adalah sesuatu yang dibawa setiap jiwa ke dunia, tetapi setelah tiba di dunia, orang berperan dalam semua kualitas tanpa cinta. Andai tidak, kita pasti sudah pahit,
cemburu, marah, dan penuh kebencian ketika kita lahir. Bayi tak punya kebencian. Anak kecil yang kita sakiti, dalam beberapa menit akan datang dan memeluk kita.
Mencintai, memuja seseorang yang berhubungan dengan kita baik dalam hal kelahiran, ras, kepercayaan atau hubungan duniawi lain, datang dari cinta jiwa. Kadang-kadang jatuh cinta pada pandangan pertama, kadang-kadang kehadiran seseorang menarik kita seperti magnet, kadangkadang kita melihat seseorang dan merasa, "Mungkin aku telah mengenalnya." Kadang-kadang kita berbicara dengan orang lain dan merasakan mudah memahami seolah-olah kedua jiwa saling mengenal. Semua ini berkaitan dengan 'pasangan jiwa'.

Hati yang tercerahkan dan cinta lebih berharga daripada semua permata di dunia. Ada berbagai macam hati sebagaimana adanya berbagai macam unsur di dunia. Pertama, hati dari metal perlu lebih banyak waktu dan lebih banyak api cinta untuk memanaskannya, setelah panas ia akan meleleh dan dapat dibentuk menurut kehendak ketika itu, namun kemudian menjadi dingin kembali. Kedua, hati yang terbuat dari lilin, yang segera meleleh ketika bersentuhan dengan api, dan bila mempunyai sumbu ideal, ia akan mempertahankan api itu hingga lilin habis terbakar.
Ketiga, hati dari kertas yang dapat menyala dengan cepat ketika bersentuhan dengan api dan berubah menjadi abu dalam sekejap.
Cinta itu seperti api. Nyalanya adalah pengorbanan, apinya adalah kearifan, asapnya adalah keterikatan, dan abunya adalah keterlepasan. Api muncul dari nyala, demikian pula kearifan yang muncul dari pengorbanan. Bila api cinta menghasilkan nyala, ia menerangi jalan, dan semua kegelapan lenyap.

Bila daya-hidup bekerja di dalam jiwa, itu adalah cinta; bila bekerja di dalam hati, itu adalah emosi, dan bila bekerja di dalam tubuh, itu adalah nafsu. Karena itu orang yang paling mencinta adalah yang paling emosional, dan yang paling emosional adalah yang paling bernafsu, sesuai dengan dataran yang paling disadarinya. Bila ia bangkit di dalam jiwa, ia mencintai; bila bangkit di dalam hati, ia emosional; bila sadar akan tubuh, ia bernafsu. Ketiganya dapat digambarkan dengan api, nyala api, dan asap. Cinta adalah api di dalam jiwa, ia adalah nyala api bila hati dinyalakan, dan ia
adalah asap bila ia menjelma melalui tubuh.
Cinta pertama adalah bagi diri sendiri. Bila dicerahkan, orang melihat manfaatnya yang sejati dan ia menjadi orang suci. Tanpa cahaya pencerahan, manusia menjadi egois hingga ia menjadi setan.
Cinta kedua diperuntukkan bagi lawan jenis kelamin. Bila demi cinta, ia bersifat surgawi; dan bila demi nafsu, ia bersifat duniawi. Bila cukup murni, cinta ini tentu dapat menghilangkan gagasan tentang diri sendiri, tetapi manfaatnya tipis dan bahayanya besar. Cinta ketiga diperuntukkan bagi anak-anak, dan ini merupakan pelayanan pertama bagi makhluk Allah. Memberikan cinta kepada anak-anak, adalah memanfaatkan dengan sebaik-baiknya apa yang dipercayakan oleh Pencipta, tetapi bila cinta ini meluas hingga mencakup seluruh ciptaan Allah, hal ini mengangkat manusia
menjadi orang-orang pilihan Allah.

Cinta orang tua kepada anak-anaknya jauh lebih besar daripada cinta akan-anak itu kepada orang tuanya, karena semua pemikiran penggunaan tua terpusat pada anak, tetapi cinta anak mula-mula terpusat pada diri sendiri. Muhammad s.a.w. ditanya seseorang, "Cinta siapa yang lebih besar, cinta anak-anak kepada orang tua mereka, atau cinta orang tua kepada anak-anaknya?" Beliau menjawab, "Cinta orang tua lebih besar, karena sementara melakukan semua hal, mereka berpikir bagaimana agar anaknya tumbuh dan bahagia, seolah-olah ia mengharap untuk hidup di dalam kehidupan anak-anaknya setelah ia mati; sementara anak-anak yang saleh berpikir bahwa suatu hari orang tuanya akan mati, dan dengan demikian mereka hanya sebentar dapat melayani orang tua mereka." Orang itu bertanya, "Cinta ayah atau ibu-kah yang lebih besar?" Nabi menjawab,
"Ibu. Ia berhak memperoleh penghormatan dan pelayanan, karena surga terletak di bawah
kakinya." Cinta orang tua adalah cinta yang paling diberkahi, karena cinta mereka sebening kristal.

Alkisah, Shirvan Bhagat adalah anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya yang sangat tua, hingga tak berdaya dan sepenuhnya bergantung kepada pelayanan anak lelaki satu-satunya. Shirvan begitu berbakti kepada mereka hingga ia mengorbankan kebebasan dan kesenangan hidup agar dapat melayani mereka. Dengan lembut ia memenuhi setiap panggilan mereka, dan dengan sabar menghadapi semua kesulitan yang berkaitan dengan ketuaan mereka. Suatu hari, orang tua itu berkata bahwa mereka sangat ingin berziarah ke Kashi. Anak yang saleh itu seketika menyetujui kehendak mereka, dan karena pada saat itu belum ada kendaraan, mereka pergi berjalan kaki. Ia membuat keranjang, memasukkan orang tuanya ke dalamnya, mengangkutnya dengan punggungnya, dan menempuh perjalanan ribuan mil melalui hutan, pegunungan, dan sungai-sungai.
Ia menempuh perjalanan itu berbulan-bulan, tetapi sebelum sampai, nasib malang menimpa. Atas perintah orang tuanya, Shirvan meletakkan keranjangnya di tanah dan pergi untuk mengambil air. Ketika berada di dekat sungai, ia terkena panah Raja Destaratha, yang sebenarnya diarahkan kepada seekor kijang. Mendengar teriakan manusia, Raja itu datang kepadanya, dan menangis sejadi-jadinya. Ia berkata, "Adakah sesuatu yang dapat kulakukan untukmu?" Shirvan berkata,
"Aku sedang sekarat. Aku hanya punya satu keinginan, yaitu memberi air kepada orang tuaku; mereka haus karena terik matahari." "Hanya itu? Aku akan melakukannya dengan senang hati sebagai tugas pertamaku." Shirvan berkata, "Bila tuan ingin melakukan yang lain, maka rawatlah mereka dan pastikan bahwa mereka dibawa ke Kashi, meskipun aku ragu apakah mereka akan hidup lebih lama setelah aku pergi." Raja itu pergi, membawa air di tangannya dan memberikannya kepada orang tua itu tanpa
mengucapkan sepatah kata, khawatir mereka tidak akan mau minum bila mendengar suara orang asing. Orang tua itu berkata, "Hai anakku, sepanjang hidup, kami tak pernah melihatmu sedih. Ini adalah pertama kali engkau memberi kami air tanpa mengucapkan kata cinta yang selalu memberi kami hidup baru." Raja Destaratha menangis, dan menceritakan kematian Shirvan. Mendengar itu, mereka tak dapat lagi hidup untuk menikmati air itu. Mereka hanya hidup karena anak mereka, mereka menarik napas dalam, berkata "Oh, anakku Shirvan", dan meninggal. Kisah di atas menjadi tradisi di India, dan ada pengikut dari tradisi itu yang membawa keranjang di pundaknya ke mana-mana, mengajarkan kebaktian dan pelayanan kepada orang tua. Bila cinta dipusatkan pada satu obyek, ia adalah cinta. Bila diarahkan ke beberapa obyek, ia disebut kasih. Bila seperti kabut, ia disebut nafsu. Bila cenderung kepada moral, ia adalah kebaktian. Bila diperuntukkan bagi Allah, Yang Mahaberada dan Mahaperkasa, yang merupakan Keberadaan Total, ia disebut cinta ilahi, pecinta itu disebut suci. Tiada daya yang lebih besar daripada cinta. Semua kekuatan muncul ketika cinta bangkit di dalam
hati. Orang berkata, "Ia berhati lembut, ia lemah," tetapi banyak orang yang tidak tahu kekuatan apa yang muncul dari hati yang menjadi lembut dalam cinta. Seorang serdadu bertempur di medan perang demi cinta kepada rakyatnya. Setiap pekerjaan yang dilakukan dalam cinta, dilakukan dengan seluruh daya dan kekuatan. Khawatir dan alasan, yang membatasi daya, tak mampu
melawan cinta. Seekor induk ayam, meskipun sangat takut, dapat melawan seekor singa untuk melindungi anak-anaknya. Tiada sesuatu yang terlalu kuat bagi hati yang mencintai. Daya cinta menyelesaikan semua urusan dalam hidup sebagaimana daya dinamit yang mengalahkan dunia. Dinamit membakar segala sesuatu, demikian pula cinta: bila terlalu kuat ia menjadi roda pemusnah, dan segalanya menjadi salah dalam hidup pecinta. Itulah misteri yang menjadi penyebab penderitaan hidup seorang pecinta. Namun, pecinta itu mengambil manfaat dalam kedua kasus. Bila ia menguasai keadaan, ia seorang penguasa (master). Bila ia kehilangan semuanya, ia orang suci.

Cinta mengatasi [berada di atas] hukum, dan hukum berada di bawah cinta. Keduanya tak dapat dibandingkan. Yang satu dari langit, yang satu dari bumi. Bila cinta mati, hukum mulai hidup. Maka, hukum tak pernah menemukan tempat bagi cinta, demikian pula cinta tak dapat membatasi diri dengan hukum; hukum itu terbatas, dan cinta itu tak berbatas. Seseorang tak dapat memberi alasan mengapa ia mencintai orang tertentu, karena tiada alasan bagi segalanya kecuali cinta.
Waktu dan ruang berada di dalam genggaman cinta. Perjalanan ribuan kilometer terasa hanya beberapa meter dalam kehadiran orang yang dicintai, dan beberapa meter terasa ribuan kilometer tanpa kehadirannya. Satu hari berpisah dalam cinta sama dengan seribu tahun, dan seribu tahun bersama kekasih terasa hanya sehari.
Bila ada pengaruh yang melindungi di dunia ini, itu tak lain dari cinta. Dalam segala aspek kehidupan, ke mana pun kita mencari perlindungan, motifnya selalu cinta. Tak seorang pun dapat mempercayai suatu perlindungan, betapa pun besarnya, kecuali perlindungan yang diberikan oleh cinta. Kalau seorang raksasa menakuti seorang anak kecil, anak itu akan berkata, "Aku akan katakan kepada ibuku." Daya kekuatan manusia terlalu kecil bila dibandingkan dengan perlindungan cinta yang diberikan ibu kepada anaknya. Cinta dapat menyembuhkan lebih dari apa pun di dunia. Tak ada sesuatu seperti sentuhan seorang ibu ketika anaknya menderita sakit. Tak ada penyembuh yang lebih baik daripada kehadiran orang yang dikasihi bila seorang pecinta sakit. Bahkan anjing dan kucing pun disembuhkan dengan sedikit sentuhan cinta.

Untuk membaca pikiran, untuk mengirimkan dan menerima pesan telepati, orang mencoba prosesproses fisik dengan sia-sia. Andai mereka tahu bahwa rahasia semua itu berada di dalam cinta!

Seorang pecinta mengetahui semuanya: kesenangan, kesedihan, pikiran dan imajinasi orang yang dicintainya. Tiada ruang atau waktu yang menghalanginya, karena arus telepati secara alami terjadi antara pecinta dan kekasihnya. Imajinasi, pikiran, mimpi dan visi seorang pecinta, semuanya mengungkapkan segala sesuatu tentang obyek yang dicintainya.

Konsentrasi, yang merupakan rahasia setiap pencapaian dalam hidup, dan faktor terpenting dalam semua aspek hidup, terutama dalam jalur agama dan mistisisme, merupakan bal yang alami dalam cinta. Orang tanpa cinta akan menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam jalur ini, dan akan selalu gagal untuk memusatkan pikiran mereka pada satu obyek. Tetapi cinta memaksa pecinta, menahan visi tentang kekasihnya di depan pandangannya. Maka pecinta tak perlu berkonsentrasi dalam pikirannya. Cintanya sendiri adalah konsentrasi yang memberinya penguasaan atas semua hal di dunia. Pecinta itu mencapai cintanya dan daya konsentrasi sekaligus. Bila ia tak mencapai
obyeknya, maka ia terangkat ke atasnya. Dalam kedua kasus, pecinta itu memperoleh upahnya.

Kecintaan terhadap lawan jenis merupakan fitrah yang ada pada setiap
manusia yang sempurna. Inilah hikmah diciptakannya manusia dengan
jenis yang berbeda, berupa laki-laki dan wanita.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak
dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga)”. (Q.S. Ali Imran: 14).

Namun kecintaan kepada lawan jenis, harus diletakkan pada tempatnya
sesuai aturan syari’at. Jika tidak, maka di sinilah manusia akan
hidup seperti binatang, bahkan lebih keji lagi. Cara dan tipsnya yang
syar’i, bina dan tumbuhkan cinta ini dalam rumah tangga melalui
gerbang nikah, bukan sebelum berumah tangga, karena ini terlarang
dalam agama kita.

Pembaca yang budiman, kecintaan terhadap lawan jenis inilah yang
menjadi alasan dua anak manusia terjerumus dalam perkara haram, hina
dan keji dengan menjalin hubungan, memadu kasih, mengukir kisah
asmara dan berjanji setia sehidup dan semati, atau lebih akrab
disebut dengan istilah “pacaran” !!!

Betapa banyak harta yang terbuang karenanya, betapa banyak manusia
menjadi gila karena ulahnya, betapa banyak kemaksiatan yang terjadi
karena melakukannya, dan jiwapun melayang disebabkan olehnya. Namun
sangat sedikit manusia yang mau mengambil pelajaran.

Lalu kenapa produk barat yang bermerek “pacaran” ini masih
menjadi “virus” yang menjangkiti hampir semua kalangan, mulai dari
Sekolah Dasar, SMP, SMA, sampai di bangku kuliahan. Mereka merasa
malu, bila masih sendiri alias belum punya pacar. Semua ini
disebabkan karena hawa nafsu yang sudah berkuasa pada diri seseorang,
kurangnya perhatian orang tua, dan jauhnya mereka dari agama.

Berbagai macam dalih dan beribu merek alasan yang sering dilontarkan
untuk menghalalkan produk haram ini. Yah, “alasanya mengikuti
perkembangan zaman”, “cara untuk mencari dan memilih pasangan hidup,
agar bisa saling mengenal karakter dan sifat masing-masing sebelum
menjalani bahtera kehidupan rumah tangga”. Ini adalah jerat-jerat
setan. Lalu sampai di mana kalian akan saling mengenal pasangan?
Apakah sampai harus melanggar batasan-batasan Allah !!? Ini adalah
pintu kebinasaan yang akan menghinakan dirimu.

=> Dalil Haramnya Pacaran

Allah -Azza wa Jalla- Yang Maha Penyayang kepada hamba-Nya telah
menutup segala celah yang bisa membinasakan hamba-Nya, di antaranya
adalah zina, dan segala pengantar menuju zina. Allah –Azza wa Jalla-
berfirman:

“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-
Isra’ : 32)

Allah telah melarang hamba-Nya untuk mendekati perzinaan, karena zina
itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.
Maka segala hal yang bisa mengantarkan kepada bentuk perzinaan telah
diharamkan pula oleh Allah. Sedangkanpacaran adalah sebesar-besar
perkara yang bisa mengantarkan ke pintu perzinaan !!! Data dan
realita telah membuktikan; tak perlu kita sebutkan satu-persatu kisah
buruk dan menjijikkan, dua insan yang dimabuk asmara.

Jika Allah dalam ayat ini mengharamkan pengantar menuju zina
(diantaranya pacaran), maka tentunya Allah mengharamkannya karena hal
itu akan menimbulkan mafsadah (kerusakan) di atas permukaan bumi,
seperti kerusakan nasab, harga diri, rumah tangga, dunia, dan
akhirat.

Para Pembaca yang budiman, Rasulullah -Shallallahu `alaihi wa sallam-
telah menjelaskan firman Allah di atas, kenapa Allah mengharamkan
pacaran? Jawabnya, berdasarkan hadits-hadits yang ada, bahwa pacaran
mengandung beberapa perkara maksiat lainnya; satu dengan lainnya
saling mengundang, seperti:

=> Memandang Lawan Jenis yang Bukan Mahram

Saling memandang antara satu dengan yang lainnya sudah menjadi
perkara yang lumrah bagi dua insan yang dimabuk cinta. Sementara
memandang lawan jenis bisa membangkitkan syahwat apalagi bila sang
wanita berpakaian ketat yang menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya. Oleh
karena itu “bohong” bila seorang laki-laki tidak tergiur dengan
penampilan wanita yang menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya, apa lagi
sang wanita tergila-gila kepadanya dan tiap hari berada di sisinya.
Sebenarnya sang laki-laki bejat tinggal menunggu waktu dan kesempatan
saja untuk bisa melampiaskan nafsu setannya. Setelah itu terjadilah
apa yang terjadi… naudzu billahi min dzalik.

Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim menjaga matanya dari
memandang perkara-perkara yang diharamkan untuk dilihat. Allah -
Subhanahu wa Ta’ala- berfirman,

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka
menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya (dari hal yang
haram); yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada
wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya (dari yang haram)”. (QS. An-Nur: 30-31).

Jarir bin Abdillah -radhiyallahu `anhuma- berkata,

“Aku bertanya kepada Rasulallahi -Shollallahu `alaihi wasallam-
tentang pandangan yang tiba-tiba (tanpa sengaja)? Maka beliau
bersabda, “Palingkan pandanganmu” . [HR. Muslim (2159), Abu Dawud
(2148), At-Tirmidziy (2776)]

Memandang wanita yang tidak halal untuk dipandang (bukan mahram),
meskipun tanpa syahwat, maka ia adalah zina mata. Rasulullah -
Shollallahu `alaihi wasallam- bersabda,

“Telah ditulis bagi setiap bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia
akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga
zinanya adalah mendengar, lidah (lisan) zinanya adalah berbicara,
tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah,
sementara qalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluanlah
yang membenarkan (merealisasikan) hal itu atau mendustakannya” . [HR.
Al-Bukhoriy (5889) dari Ibnu Abbas, dan Muslim (2657) dari Abu
Hurairah]

=> Saling Merayu, dan Menggoda dengan Suara Lembut

Lalu bagaimana lagi jika yang dilakukan bukan hanya sekedar
memandang, tapi juga dibumbui dengan cumbu rayu, berbalut suara yang
mengundang syahwat dan sejuta godaan dusta!! Allah -Subhanahu wa
Ta’ala- berfirman,

“Maka janganlah kamu tunduk (bersuara lembut) dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan
ucapkanlah perkataan yang baik”. (QS. Al-Ahzab:32) .

Al-Hafizh Ibnu Katsir-rahimahullah - berkata menafsirkan ayat
ini, “Maknanya hal ini, seorang wanita berbicara (di balik tirai dan
penghalang, -pent) dengan orang lain dengan ucapan yang di dalamnya
tak terdapat kemerduan suara, yakni seorang wanita tidak berbicara
dengan orang lain sebagaimana ia berbicara dengan suaminya (dengan
penuh kelembutan)” . [Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-Karim (3/636)]

Jadi, seorang lelaki atau wanita terlarang untuk saling menggoda,
merayu, dan bercumbu dengan ucapan-ucapan yang membuat salah satu
lawan jenis tergoda, dan terbuai sehingga pada gilirannya membuka
jalan menuju zina, baik itu zina kecil (seperti memandang, saling
memikirkan, dan lainnya), maupun zina besar !!

=> Menemui Wanita Tanpa Mahram, dan Tanpa Pembatas

Sehari bagaikan sepekan, sepekan bagaikan sebulan, dan sebulan
bagaikan setahun bila sepasang anak manusia yang sedang dimabuk cinta
tidak bertemu. Ketika mereka bertemu, pastilah berduaan. Sang pria
berusaha sebisa mungkin menemui si wanita, tanpa ada mahram, dan
tanpa pembatas berupa tirai yang melindungi mereka dari pandangan
syahwat. Rasulullah -Shollallahu `alaihi wasallam- bersabda,

“Hati-hatilah kalian dari masuk menemui wanita”. Seorang lelaki dari
kalangan Ashar berkata, “Bagaimana pendapatmu dengan kerabat suami?”
Maka Rasulullah -Shollallahu `alaihi wasallam- bersabda, “Mereka
adalah kematian (kebinasaan) “. [HR. Al-Bukhoriy (5232), Muslim
(2172), dan At-Tirmidziy (1171)]

=> Berduaan antara Pria dan Wanita

Lebih para lagi, jika pria dan wanita yang berpacaran ini saling
berduaan, karena setan sudah hampir berhasil menjerumuskan keduanya
dalam zina. Makanya, kasus zinanya orang yang berpacaran, itu terjadi
di saat mereka berduaan; saat mereka bebas mengungkap isi hatinya,
dan syahwatnya yang bergejolak kepada lawan jenisnya. Sebab itu,
kedua pasangan yang haram ini berusaha mencari tempat yang
tersembunyi, dan jauh dari jangkauan manusia; ada yang pergi ke
daerah wisata, tepi pantai; ada yang lebih elit
lagi sewa hotel, villa, dan lainnya. Untuk apa? Agar bebas berduaan
melampiaskan birahinya yang keji !!! Di lain sisi, sebagian wanita
tak sadar jika ia akan dihinakan dengan perbuatan itu, karena hanya
sekedar janji-janji muluk dan dusta. Sadarlah wahai kaum wanita, jika
seorang lelaki yang mengungkapkan cintanya kepadamu, tanpa melalui
pintu nikah, maka ketahuilah bahwa itu adalah “cinta palsu”,
dan “janji dusta”

Seorang dilarang berduaan dengan lawan jenisnya yang bukan mahramnya,
karena hal itu akan membuat setan lebih leluasa menggoda dan
menjerumuskan seseorang dalam zina, dan pengantarnya. Rasulllah -
Shollallahu `alaihi wasallam- bersabda:

“Jangan sekali-sekali salah seorang di antara kalian (kaum pria)
berduan dengan seorang wanita, karena setan adalah pihak ketiganya”.
[HR. At-Tirmidziy (2165), dan Ahmad (114). Hadits ini di-shohih-kan
oleh Al-Albaniy dalam Al-Irwa' (6/215)]

=> Memegang dan Menyentuh Pacar

Pacaran tidaklah lepas dari bersentuhan, entah dengan cara berjabat
tangan, berboncengan di atas kendaraan, atau berpegangan, berpelukan,
berciuman dan lainnya. Ketahuilah bahwa memegang dan menyentuh wanita
yang bukan mahram kita adalah perbuatan yang diharamkan dalam agama
kita. Rasulullah -Shollallahu `alaihi wasallam- bersabda,

“Andaikan kepala seseorang di cerca dengan jarum besi, itu lebih baik
(ringan) baginya dibandingkan menyentuh seorang wanita yang tak halal
baginya”. [HR. Ar-Ruyaniy dalam Al-Musnad (227/2), dan Ath-Thobroniy
dalam Al-Kabir (486, & 487)]

Al-Allamah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy-rahimahu llah-
berkata setelah menguatkan sanad hadits diatas dalam Ash-Shohihah
(1/1/448), “Dalam hadits ini terdapat ancaman yang keras bagi orang
yang menyentuh wanita yang tak halal baginya. Jadi, di dalamnya juga
ada dalil yang menunjukkan haramnya berjabat tangan dengan para
wanita (yang bukan mahram), karena berjabat tangan dicakup oleh
kata “menyentuh”, tanpa syak. Perkara seperti ini telah menimpa
kebanyakan kaum muslimin di zaman ini. (Namun sayang), di antara
mereka ada yang berilmu andaikan ia ingkari dalam hatinya, maka
masalahnya sedikit agak ringan. Cuman mereka ini berusaha
menghalalkannya dengan berbagai jalan, dan takwil. Telah sampai suatu
berita kepada kami bahwa ada seorang tokoh besar di Al-Azhar telah
disaksikan oleh sebagian orang sedang berjabat tangan dengan para
wanita !! Hanya kepada Allah tempat kita mengadu dari keterasingan
Islam”.

=> Nasihat bagi Orang Tua

Suatu perkara yang membuat kita sedih, orang tua tidak peduli lagi
dengan anak gadisnya ketika keluar rumah bersama laki-laki yang bukan
mahramnya. Keluar dengan berpakaian serba ketat, kemudian dibonceng,.
Tidak tahu kemana anak gadisnya dibawa pergi. Lalu terjadilah apa
yang terjadi. Si gadis terkadang pulang larut malam, namun orang tua
hanya membiarkan kemungkaran terjadi di dalam rumah tangga, dan
keluarganya. Inilah Dayyuts yang diharamkan baginya jannah (surga).
Nabi -Shallallahu `alaihi wa sallam- bersabda,

“Ada tiga golongan yang sungguh Allah haramkan baginya surga: pecandu
khomer, orang yang durhaka (kepada orang tuanya), dan dayyuts yang
membiarkan perbuatan keji dalam keluarganya” . [HR. Ahmad dalam Al-
Musnad (2/69/no. 5372). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-
Albaniy dalam Shohih Al-Jami' (3047)]

Jika kita melirik ke arah yang lain, ternyata ada juga wanita yang
berbusana muslimah dan pria memakai gamis jatuh ke dalam jerat setan
ini. Mereka sebut dengan istilah “pacaran islami”. Tentunya ini
justru lebih berbahaya karena jalan menuju perzinaan yang telah
dibungkus dengan label “islami”. Padahal sungguh agama Islam yang
suci ini telah berlepas diri dari perbuatan ini.

Pacaran yang merupakan pos dan gerbang menuju zina ini, jika
dianggap “islami” -padahal itu haram berdasarkan ayat yang lalu-,
maka kami khawatirkan akan muncul generasi yang akan menghalalkan
perkara-perkara haram lainnya, karena dipoles dan dihiasi dengan
label “islami” sehingga mereka nantinya akan membuat istilah “musik
islami”, “khomer islami”, “mencuri islami”, “riba islami”, “judi
islami”, dan lain sebagainya. Padahal musik, khomer, mencuri, riba,
dan judi adalah perkara-perkara haram, namun dihalalkan oleh mereka
hanya karena permaiman kata yang licik. Na’udzu billah min dzalik !!

Akhirnya kami nashihatkan kepada kaum yang dilanda asmara agar segera
bertaubat kepada Allah sebelum nyawa meregang. Hentikan pacaran yang
akan menjatuhkan kalian dalam jurang kenistaan. Jagalah kehormatan
kalian yang suci dengan tameng ketaqwaan kepada Allah -Ta’ala- .




Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 67 Tahun II.

;;